1/
Keraguan Laki-Laki dibunuh Perempuan Seperempat Abad Lalu
rendam ragu dengan air dingin di baskom plastik
dia akan bergetar, bersendawa sejenak, lalu berguling
miring seperti lelaki yang meminum orgasme semalam
jangan beri ruang bagi ragu untuk duduk,
akan banyak waktunya hingga dia menjadi perkasa
dan mencengkeram kelaminmu lalu
kedewasaanmu tinggal mimpi hantu-hantu
“Mana air dingin?! Mana baskom plastiknya!?”
nasehatku akan menjadi serapah jika engkau
hanya membatu sementara lagu di mp3 player-mu
telah beranjak dari rock ke mellow-sendu
kita adalah laki-laki. kebetulan belaka
aku yang lebih tua. aku juga pernah menikahi ragu
tapi itu dulu. sebelum aku ketemu ibumu.
________
Jombang, September 2014
2/
Di Bawah Kamboja
Haribaan tanah makam hanyalah kepingan-kepingan
sebuah cerita. Air mata turun, itu selalu.
Dan doa yang membubung,
itu hampir selalu.
(maafkan anakmu, Bapak, belum sholeh aku)
Seperti saat membuka buku-buku
pelajaran. Lalu Bapak mendekat dengan
penggaris di tangan. Beberapa ketukan mendarat di belahan
punggung, angka-angka bukan sesuatu yang
baik hati untuk diajak bermain apalagi berdendang.
(aku bodoh, Bapak, tapi jangan kau pukul aku
karena aku bisa menulis puisi tentangmu)
pun begitu ketika terhapus mimpi
menjadi pebelajar tangguh di tanah gori
bantal basah, liat ditumbuk wajah, sedang
Bapak hanya memandang
(aku tak tahu, apakah Bapak juga merajut rasa
bersalah kala itu)
kepingan-kepingan ini, sekarang di genggaman
satu-dua nafas sapu nama Bapak di nisan
tanah makam yang telah rata menyapa dengan diam
(restui aku menjadi bapak yang baik, Bapak)
________
Jombang, September 2014
3/
Catatan Ringin Tjonthong
Untuk Binhad Nurrohmat
tapis di anggukan hati
menjadi kerikil
senantiasa berati kaki
hingga tak berjumpa
dengan Jombang di Jombang
________
Jombang, September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H