Pendekar Gunung Lawu In Action
oleh Anjrah Lelono Broto
dekatlah, mendekatlah, perempuan
awan di atap lereng Lawu, bukankah berkali menepuk punggungmu?
pawana asri gunung biru, pun telah berulang sapukan ingin di telingamu?
tak usah memerah jambu, perempuan
ekor matamu yang menumbuk hulu pedangku
bukan pendusta piawai
pedang ini memang tajam
dia bisa mengoyak dan merajam
namun tangankulah yang menentukan
dada mana yang harus terkoyak kepantasan
--- duhai
tuan pendekar bermata sayu, berpedang sendu
awan lereng Lawu, juga pawana gunung biru
memang suka menggodaku
wartakan perihal tuan pendekar
mendekatnya keperempuananku adalah niscaya yang mekar
perempuan,
sedari masa tangan dan kaki menjadi bahasa
hingga kala bintang juga
gemericik air menjelma parutan makna
; mengapa engkau masih tetap serupa memandang kelelakian?
--- lelaki, tuan pendekar
di pinggang menyoren pedang
di pinggang pula seribu bisa merindang
keperempuananku mengajarkan
bahwa bisa setitik mampu meracuni sebelangganya susuan
mohon dipermaafkan dengan segenap kerendahan,
perempuan
dekatlah, perempuan, mendekatlah
dengan sepualam jiwa kan kusampaikan
perihal kependekaran dan kelelakian
ku
jangan engkau satukan pandang
pada pedang dan bisa di pinggang
karena pandangmulah yang jadi batas pembentang
antara surga dan dunia yang hendak ku wartakan