[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Russel Crowe in Noah (2014), Sumber: Sydney Morning Herald"][/caption]
Umat Kristiani di Indonesia yang sudah berharap tinggi menanti penayangan film nabi Nuh, sejak tahun lalu kini hanya dapat menggigit jari kecewa. Pasalnya film Hollywood yang dibintangi Russel Crowe, Emma Watson dan Anthony Hopkins telah mendapat cekalan dari Lembaga Sensor Film (LSF).
Zainut Tauhid Saadi, anggota LSF beralasan karena film tersebut meresahkan umat Islam dan berpotensi menimbulkan kontroversi.
“Penggambaran visual seorang nabi dilarang dalam ajaran Islam,” ucapnya seperti dilansir AFP. “Film ini dapat menyakiti tak hanya umat Islam, tapi juga umat Kristen,” tambahnya lagi.
Adapun film tersebut sebelumnya telah mendapat ban dari tiga negara Timur Tengah yakni Qatar, Bahrain dan United Arab Emirates. Sementara itu Universitas Al-Azhar di Mesir menyerukan supaya film yang sama tidak ditayangkan di negeri-nya.
Pemeran tokoh utama Noah, Russel Crowe menyayangkan sikap penolakan yang terjadi. “Saya sangat takjub dengan segala asumsi bodoh yang dibuat para kritikus, tentang sesuatu yang bahkan mereka belum lihat,” ujarnya dalam wawancara dengan Channel 7 Australia.
Catatan Penulis:
“If you don’t like it...don’t watch.Berikan kesempatan pada mereka yang ingin menonton. Itulah makna toleransi. Bila alasannya ban karena takut mengundang kontroversi, maka bukankah ban tersebut juga akan mengundang kontroversi baru bagi mereka yang kecewa karena tidak bisa menonton?
Di Amerika sendiri, pro dan kontra bukan hal yang asing...Bahkan ada elemen Kristen Amerika tertentu yang turut memberikan kritik. Namun bukan berarti film ini lantas dibatalkan penayangannya.
Noah adalah biblical epic film karena materi-materi yang diambil berdasarkan Alkitab. Semestinya sebagai profesional perfilman, Zainut seharusnya paham. Setidaknya ia dapat mengambil jalan tengah dan memberikan edukasi pada masyarakat bahwa ini merupakan film bertema Kristen supaya tidak terjadi kesalahpahaman akan isi film.
Noah dalam film ini dibuat berdasarkan cara pandang agama Kristen, bukan Islam. Jadi menggunakan alasan soal “penggambaran visual” bertentangan dengan nilai Islami tidak masuk akal karena Noah sejak awal bukan film bertema Islam.
Hanya film Islam yang dapat dikritik dari sudut pandang ukuran agama Islam. Aneh bila sebuah film Islam dapat dikritik dari sudut pandang ukuran agama Kristen dan sebaliknya seperti film Noah ini.
Pandangan Noah dalam Kristen berbeda dengan Noah dalam Islam. Bila suatu agama Samawi merasa berhak melakukan intervensi terhadap rekan agama Samawi lainnya hanya karena nabi-nya “kebetulan” berada di kitabnya....maka suatu saat umat agama Samawi A akan merasa berhak untuk mengintervensi isi kitab agama Samawi B.
Sekali lagi kita melihat bagaimana sebuah isu diselesaikan dengan metode “kalau bisa dipersulit untuk apa dipermudah?”
Menutup penayangan lebih dianggap solusi ketimbang hanya dengan tidak membeli tiket dan tidak menonton filmnya.
“The greatest enemy of knowledge is not ignorance, it is the illusion of knowledge.” - Stephen Hawking
Berikut Trailer Film Noah (2014)
Anda Mungkin Tertarik Baca:
1. Israel, Palestina, 1948 FAQ
2. Jusuf Kalla: Agama Kristen Ada 300 Disini, Islam Cuma Satu. Kurang Toleran Apa Indonesia?
3. Respon Ahok Yang Tergencet Batu Tulis
4. Semoga Crimea Tidak Jadi PAPUA Kedua
5. Belajar Dari Macau, Tak Selamanya Nasionalisasi Jadi Solusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H