Mohon tunggu...
Anjo Hadi
Anjo Hadi Mohon Tunggu... profesional -

"Politikus itu banyak. Tapi Negarawan itu sedikit."\r\n\r\nOnce worked as a journalist for OZIndo (Indonesian-speaking magazine in Australia) and Indomedia Australia.\r\n\r\nFollow me: https://twitter.com/AnjoHadi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wacana KRI Usman Harun Lebih Merugikan Indonesia

14 Februari 2014   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_311901" align="aligncenter" width="549" caption="Harian The Straits Times pada tanggal 11 Maret 1965"][/caption]

Meski disebut sebagai pahlawan nasional, nama Usman-Harun mungkin masih asing dari pelajaran sejarah di Indonesia. Berkat kontroversi ini, dengan sendirinya terjadi sosialisasi yang membuat publik mengenal lebih akrab kedua prajurit KKO (Korps Komando Operasi) AL tersebut.

Namun yang menarik dalam sejarah tokoh figur nasional adalah kisah bagaimana si tokoh layak mendapat sebutan pahlawan. Pattimura misalkan dikenal sebagai pahlawan karena melawan penjajahan asing di tanah kelahirannya, Maluku. Organisasi Budi Utomo dan mahasiswa STOVIA dikenal sebagai pahlawan melalui diplomasi intelektual. Lalu bagaimana kita mengenal Usman-Harun sebagai seorang “pahlawan?”

Kepahlawanan macam apa yang akan kita ceritakan pada anak cucu kita mengenai Usman Harun?

Setiap kisah kepahlawanan biasanya terselipkan sebuah pesan moral yg positif. Kita mungkin mengharapkan dua tokoh Usman-Harun ini sedang berada di tengah perang yang mengancam kedaulatan Indonesia Raya. Namun bertolak belakang dengan image kepahlawanan yang sudah tersematkan, kedua tokoh ini malahan dikenal sebagai pelaku pemboman yang menyebabkan teror di kawasan sipil.Seperti dilansir di tulisan Jejak Usman-Harun di Orchad Road, bom yang meledak di Mac Donald House – terletak di kawasan Orchad Road, Singapura menewaskan 6 orang dan puluhan toko.

Di arsip Harian The Straits Times pada tanggal 11 Maret 1965 tercatat jelas dua orang yang tewas adalah warga Singapura, Suzie Choo (36) dan Juliet Goh (23). Dua nyawa sipil yang malang inilah kelak menghadiahkan Usman-Harun sejengkal tanah di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Ok jadi kini publik tahu alasan “kepahlawanan” kedua orang tersebut. Membunuh rakyat sipil saja sudah kurang enak terdengar sebagai legitimasi bukan? Pertanyaan selanjutnya yang bergulir adalah mengapa Indonesia menyerang Singapura? Disinilah alasan mengapa Indonesia rugi. Setelah tahun 1945, ada dua buah lembaran sejarah yang cukup gelap dan sedikit memalukan untuk dibuka dari segi politik luar negeri Indonesia.

Yang pertama adalah invasi (dan penjajahan) atas tanah Timor Leste. Yang kedua adalah konfrontasi dengan Malaysia. Untuk Timor Leste, penulis sempat sedikit menulis di salah satu artikel HL yang ini.

Konfrontasi Malaysia-Indonesia (1963-1966) berawal dari kebencian Presiden Soekarno terhadap segala sesuatu yang berbau Barat dan imperialisme. Ketika Malaysia dan Singapura bergabung dengan persemakmuran Inggris, Soekarno dan Indonesia yang saat itu dekat dengan blok komunis langsung melancarkan operasi sepihak dimulai dari perbatasan Sarawak, Kalimantan Utara.

Harus diakui Konfrontasi Malaysia-Indonesia adalah mini cold-war di Asia Tenggara saat itu. Baik kedua pihak masing-masing mempertaruhkan kepentingan Komunis dan Barat saat itu, entah itu atas nama nasionalisme dan sebagainya.

Yang menarik dari konfrontasi ini adalah skalanya yang tidak pernah mencapai perang terbuka. Meski “medan pertempuran” melebar hingga semenanjung Malaya dan Singapura, Federasi Malaysia hanya sebatas mempertahankan perbatasan dan Indonesia tidak pernah memobilisasi operasi militer besar-besaran. (kemungkinan untuk menghindari tekanan internasional).

Setelah 3 tahun, “menganggu kedaulatan negara tetangga”, Indonesia akhirnya mengurungkan ambisi untuk memerangi Malaysia seiring turunnya Presiden Soekarno dan jatuhnya PKI pada tahun 1965. Negosiasi damai akhirnya terwujud pada 11 Agustus 1966. Agresi militer Indonesia gagal sedangkan Malaysia dan Singapura menjadi negara independen hingga hari ini.

Singapura khususnya kelak menjadi sumber segala kecemburuan bagi Indonesia. Dibawah persemakmuran Inggris yang dibenci Soekarno sebagai lambang kolonialisme, negara dengan tanah sejengkal ini meninggalkan Indonesia dalam segala sektor. Apa sih sumber daya alam Singapura? Berapa banyak sumber daya manusianya? Mungkin saja segala kebencian kita atas negara kecil “yang tidak ada apa-apanya ini” karena kita sendiri tak mampu meraih apa yang mereka raih.

Usman dan Harun hanyalah potongan puzzle kecil dari konfrontasi Malaysia-Indonesia. Mereka memang menunaikan tugas negara. Tapi di sisi lain, mereka juga hanyalah boneka perpanjangan elite politik saat itu yang digunakan untuk menyebabkan terror pada rakyat sipil.

Benar Usman-Harun adalah pahlawan nasional, namun mereka juga adalah penjahat terror yang pantas mendapatkan pengadilan dan hukuman yang setimpal atas jatuhnya korban. Kini rakyat Indonesia mengetahui bahwa terror dan pengeboman terhadap rakyat sipil adalah salah satu cara untuk membela kedaulatan Ibu Pertiwi. Lupakan kasus J.W Marriott. Moral lebih rendah nilainya dibanding Nasionalisme.

Ingat, sejarah memiliki dua sisi. Entah itu menjadi good guys atau bad guys. Tidak selamanya kita dalam sejarah berada di sisi jahat dan tidak selamanya juga kita berada di sisi baik. Namun dengan mengakui setiap kesalahan yang kita lakukan di masa lampau, maka kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.

Anda Mungkin Tertarik Membaca:

1. Korupsi Pasti Hilang Bila Caleg PKS ini Jadi Presiden

2. Israel, Palestina 1948 FAQ

3. Kasus Atut, Bukti Wanita Harus Lebih Dipersulit Dalam Berpolitik

4. Jusuf Kalla: Agama Kristen Ada 300, Islam Cuma Satu, Kurang Toleran Apa Kita?

5. Ini Jawaban Ahok Bila Anak Istrinya Dibunuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun