Sebelah kiri dan depan saya ada dua orang, Pak Puguh dan Pak Malik. Kami sedang berdiskusi tentang pemberdayaan desa. Meningkatkan perekonomian warga disana.
Duduk bersama disebuah musholla yang baru dibangun  Yayasan Nurul Hayat dan warga sekitar. Cukup nyaman untuk dibuat ngobrol, ditemani dengan  makanan ringan. Cukup lama kami ngobrol, tapi kali ini saya tidak membahas mengenai pemberdayaan. Saya akan menulis cerita musholla baru yang barusan dibangun itu.Sangat berbunga-bunga Pak Malik ketika berbicara dengan kami, karena impiannya puluhan tahun yang lalu terwujud. Sebelumnya mushollanya hapir roboh, warga yang tinggal didaerah situ pun enggan untuk sholat berjamaah disana, karena rawan roboh. Temboknya sudah retak.
Mayoritas warga disana adalah petani. Karena pendapatan petani semakin hari tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para ibu-ibu disana bekerja sebagai pemecah batu dan merawat kambing, mencari rumput. Suatu hal yang biasa disana seorang ibu bekerja seperti itu.
Dengan kondisi seperti itu dan pendapatan warga yang rendah, sangat sulit untuk membangun musholla yang nyaman. Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja pas-pasan, apalagi membangun musholla.
~~~~~~~
Dua puluh tahun yang lalu, musholla yang hampir roboh itu dibangun oleh pak Malik. Dia orang pendatang didesa ini. Menikah dengan warga disitu dan memutuskan untuk menetap. Awalnya dia tidak begitu betah disana. Walau udaranya sejuk dan desanya cukup asri, namun disini untuk sholat berjamaah harus berjalan kedesa sebelah.Menurut cerita dia, disini jarang orang yang sholat berjamaah, bahkan sebagian banyak tidak sholat.Untuk alasan dakwah dan kemudahan untuk sholat berjamaah. Pak Malik memutuskan untuk membangun musholla. Ada lahan keluarga disebelah rumahnya. Keluarga menyepakati kalau lahan itu dibuat musholla. Walau tidak lebar, setidaknya bisa menampung keluarganya sholat berjamaah disitu.
Walau sudah ada lahan, bukan berarti pembangunan itu tidak ada halangan. Kondisi warga sekitar yang penghasilannya rendah. Tidak bisa diandalkan untuk diajak patungan, mewujudkan musholla yang sesuai. Akhirnya pak Malik dengan keadaan ekonominya yang terbatas membangun ala kadarnya, setidaknya bisa untuk sholat berjamaah.
Mencari matrial yang termurah. Kadang-kadang ada matrial bekas bongkaran rumah atau masjid yang bisa dipakai dia pungut, untuk membangun mushollanya. Mangkanya difoto mushollanya tidak kokoh, batu batanya campuran, karena dapat dari bahan matrial bekas dan sisa pembangunan musholla lain.
Karena dengan kondisi seadanya, bangunan hanya berumur dua puluh tahun, temboknya sudah retak. Sangat tidak layak untuk ditempati sholat berjamaah. Dengan kondisi seperti itu, jarang sekali bahkan tidak ada warga yang berjamaah disitu.
Awal tahun kemarin, ada petani luar desa yang melihat kondisi seperti itu. Petani itu tahu kalau di LAZ Nurul Hayat mempunyai program renovasi musholla atau masjid. Diajukan musholla itu untuk mendapatkan program tersebut. Singkat cerita, setelah tim NH survey musholla. Diputuskan sangat layak untuk dibantu. Disampaikan kondisi musholla tersebut kepara donatur, akhirnya banyak yang  berbondong-bondong untuk menyumbang.
Musholla yang indah impian Pak Malik dan warga sekitar baru tercapai setelah dua puluh tahun lebih. Setelah dia berikhtiar susah payah membangun musholla dengan matrial dan kondisi serba terbatas. Karena akan dibangun dengan bangunan baru, akhirnya dirobohkan.