Kita harus obyektif dalam menilai suatu hal. Jika pedapat Anda bahwa media sosial seperti Facebook dan Youtube bisa memberikan tayangan yang bagus-bagus, itu saya juga sepakat. Tapi jangan bilang tidak ada konten yang unfaedah. Karena sering juga mereka para pengguna  upload konten sampah, hanya berharap viewer dan subcriber yang banyak.
Baca juga : Mengambil Nilai Positif di Acara TV sebagai Cerminan Diri
Coba bayangkan, ada creator yang membuat konten ngprank orang tua sampai si ibu menangis sedih. Setelah itu baru si anak memberikan kejutan bahwa dia sedang ngeprank untuk konten youtubenya. Terus disitu ada hujatan? Tidak ada, yang ada malah pujian karena dinilai dari sudut pandang kesederhanaan dan kebersamaan keluarga.
Lalu, ada akun yang isinya joget tiktok dengan busana sangat minim. Gak ada tuh yang mempermasalahkannya. Hanya berkomentar negatif saja dikolom komentar postingannya, dan masih banyak lagi konten-konten yang tidak seharusnya dilihat anak-anak, namun bisa diakses melalui gawai orang tuanya.
Sampai sini siapa yang perlu disalahkan? Pemerintah? atau Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)? Tidak bisa seperti itu teman. Kita sudah  ramai-ramai tidak menyetujui ada pembatasan konten di media sosial atau media online kemarin. Permintaan tersebut sudah disetujui pemerintah. Jadi mari kita nikmati kebebasan ini yang pasti berdampak terhadap generasi kita di masa depan.
Maaf agak melebar, ayo kembali tema sebelumnya. Kita tidak bisa seenaknya sendiri menilai tetang program di televisi buruk. Karena mereka punya SOP atau alur yang rigid diawasi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebelum tayang di depan layar tv.
Ratusan sampai miliaran rupiah dikeluarkan untuk produksi program acara tersebut. Agar bisa dinikmati dengan baik bagi pemirsa.
Semua dibuat menyesuaikan penonton dan pemberi dana. Kalau tidak ada itu, mereka tidak mungkin membuat acara yang begitu mahal dan menguras tenaga.
Jadi penilaian kita yang subyektif tetang acara ditelevisi tidak seratus persen benar.Â
Mereka hanya menyesuaikan penikmat yang masih setia menonton acaranya. Dan mereka selalu melihat rating, memastikan peminat program acara yang ditayangkan masih banyak yang menikmati.
Baca juga : Pantaskah Acara TV dan Sinetron "Alay" Menjadi Hiburan Keluarga?
Sedangkan masih banyak kok teman-teman disekitar Anda, yang masih menikmati tayangan-tayangan di tv. Hanya malu saja dia mengaku kepada Anda.