Mohon tunggu...
Anjelin Mamusung
Anjelin Mamusung Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Wellcome guys!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lockdown Bantu Hentikan Global Warming?

25 Oktober 2022   08:04 Diperbarui: 25 Oktober 2022   10:09 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit to : Pinterest

   Rencana karantina mandiri ini dapat kita rancang seminggu dalam satu bulan sekali. Dengan tujuan agar sedikit aktivitas manusia diluar rumah ditiadakan sama seperti Waktu terjadi pandemi lalu. Dampak dari karantina atau lockdown untuk pemanasan global ini adalah salah satunya menggurangi polusi udara. Hal ini karena masyarakat beraktivitas hanya didalam rumah. Semua bentuk usaha masyarakat ditutup contohnya seperti restoran, salon, mall bahkan stasiun dan bandara pun tidak beroperasi. Mungkin disisi lain hal ini dapat merugikan perekonomian masyarakat karena tidak bisa keluar rumah hanya sekedar untuk membeli makan saja, namun hal ini dapat kita tanggulangi dengan cara menyiapkan stock persedian makanan dan minuman atau kebutuhan lainnya dirumah selama karantina. Pemerintah wajib membuat kebijakan-kebijakan yang lebih untuk memikirkan keadaan bumi dalam konsep pemanasan global ini.  Ketika banyak Industri, Jejaring Transportasi dan perusahaan ditutup, jumlah emisi karbon diudara turun drastis karena tidak adanya activitas diluar lingkungan rumah.Kita flashback wartu pandemi lalu, hampir diseluruh dunia menghadapi berbagai macam masalah. Pandemi lalu Mengakibatkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan terancam keberlangsungan hidupnya, kegiatan ekonomi terhenti dan pasar saham anjlok. Pandemi global yang merenggut nyawa manusia tak seharusnya dilihat sebagai cara untuk memperbaiki lingkungan, Namun tidak bisa dipungkiri bahwa polusi didunia menurun drastis karena hal ini.

Dilansir dari m.andrafarm.com
10 negara dengan jumlah infeksi COVID-19 terbanyak di Dunia :
1.Amerika Serikat, 99.037.299 kasus, 1.092.408 meninggal.
2.India, 44.638.011 kasus, 528.943 meninggal.
3.Prancis, 36.475.518 kasus, 156.256 meninggal.
4.Jerman, 35.098.062 kasus, 152.278 meninggal.
5.Brasil, 34.818.774 kasus, 687.544 meninggal.
6.Korea Selatan, 25.219.546 kasus, 28.922 meninggal.
7.Inggris, 23.798.793 kasus, 191.681 meninggal.
8.Italia, 23.254.633 kasus, 178.359 meninggal.
9.Jepang, 21.894.638 kasus, 46.085 meninggal.
10.Rusia, 21.345.154 kasus, 389.266 meninggal

  Pada kurun waktu yang sama di New York, Tingkat polusi berkurang nyaris sebanyak 50%. Di china, tingkat emisi berkurang 25%, ketika masyarakat diperintahkan untuk tinggal dirumah. Pabrik-pabrik tutup dan penggunaan batu bara enam pembangkit listrik dichina merosot hingga 40%. Fenomena yang terjadi dieropa, spanyol dan Inggris berupa nitrogen dioksida (NO2) memudar. Memang sekarang aktivitas sudah kembali normal, namun tidak Sepenuhnya normal kembali, karena kita sudah diwajibkan untuk Selalu memakai masker. Tidak seperti dulu kita hidup tanpa memakai masker. Kebijakan itu belum dihapuskan karena Covid-19 atau Corona tersebut tidak musnah dari bumi ini namun telah dianggap sebagai penyakit biasa yanv ada disetitar manusia. Karena penyakit ini tidak musnah maka sepatutnya kita harus melindungi diri dan melindungi bumi ini. Mempertahankan suhu di atmosfer bumi adalah tugas kita,karena kita adalah penghuni bumi ini. Segala macam bentuk penanggulangan yang ada kita harus terapkan, dan ada baiknya juga bahwa kita harus membuat kebijakan penanggulangan yang baru agar bewajiban ini tidak mudah dilupakan oleh manusia.

Credit to : Pinterest
Credit to : Pinterest

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun