Mohon tunggu...
Anjaya Wibawana
Anjaya Wibawana Mohon Tunggu... Freelancer - Aktivis

Minat membaca dan belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepergian Sang Guru

25 Desember 2023   09:58 Diperbarui: 25 Desember 2023   10:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendung tebal terlihat di langit pondok. Hawa dingin menusuk tulang belulang. 

Senin itu jarum jam menunjukkan pukul 10.20, atas instruksi Bu Nyai – kegiatan belajar PP Darussalamah Krian dihentikan. Dengan mengenakan seragam putih, seluruh santri  berduyun-duyun menuju musholla lama. 

Berdasarkan informasi dari Ndalem yang berada di Rumah sakit bahwa kondisi Abah makin menurun. Ibu bersama Gus Faqih sebenarnya sudah bersiap-siap menuju Surabaya. Tapi beliau ngersaken saifian riyen. 

Saifi ini adalah hizib yang dianjurkan oleh Abah Yai. Selain sebagai media untuk depe2 (mendekatkan diri) kepada Allah. Hizib ini tokcer untuk segala urusan. 

Terdengar suara di depan kamar, rupanya Ust. Nur Mukmin. ‘Pak, diutus nderek saifi,’ 'Nggih,' jawabku. Saya pun langsung bergegas, meletakkan hizib di saku. Sambil mbatin, ‘yo nopo niki kondisinya Abah yai sakniki’ 

*** 

Di musholla rupanya sudah dipenuhi seluruh santri dan guru pondok. Dibarisan depan terdapat Abah Kholiq dan Abah Wahab. Kebetulan saya disamping kanan. Sebelum memulai, Abah Wahab bertanya, ‘Ping pinten niki pak,’. ‘monggo (nderek),’ jawab Abah Kholiq sambil mempersilahkan. ‘nopo ping sekawan doso ?,’ ‘Nek tiyange sakmenten, saget ngantos ashar,’ ujar Abah kholiq – lalu keduanya memilih opsi sampe dhuhur. Cukup tiga kali. 

Saya sempat ber-andai2, kalau benar dibaca sampe 41 kali. Mungkin jatah waktu Mbah Yai bisa ‘diperpanjang’ beberapa jam kemudian. 

Memang saifian pada momen itu tidak seperti biasanya. Sementara lantunan surat al qodar yang digemakan santri juga beda. Air mata santri tak terbendung. Ada pertautan hebat antara guru dan murid. 

Ndilalah, mantun saifian dan sholat dhuhur. Seakan ada isyarat dari alam semesta. Hujan lebat membasahi pondok. Tapi pandangan saya tertuju pada Pajero yang akan mengantarkan Ibu ke Surabaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun