Diterima di universitas top dunia bukanlah angan-angan belaka sekarang ini. Telah banyak pelajar Indonesia yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas sekaliber Harvard, Oxford, Cambridge, dan Columbia. Mereka tak hanya berasal keluarga-keluarga kaya di ibu kota. Banyak juga pelajar dari daerah dengan latar belakang kehidupan sederhana. Beberapa diantara mereka adalah mantan mentee atau siswa bimbingan program mentorship yang diselenggarakan oleh Indonesia Mengglobal (IM). Program ini sepenuhnya gratis.
Bagi yang belum pernah mendengar, IM adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh sekelompok anak muda Indonesia yang menaruh kepedulian besar terhadap pendidikan tinggi dan karir pemuda Indonesia di kancah global. IM aktif dalam mempublikasikan informasi tentang belajar dan beasiswa luar negeri, serta menyelenggarakan off-line event, seperti bimbingan aplikasi ke universitas terbaik dunia dan seminar pendidikan tahunan.
Awalnya beberapa mahasiswa Indonesia di Stanford University, California, AS menyadari adanya keterbatasan informasi mengenai belajar dan bekerja di luar negeri. Hal ini menjadi ganjalan bagi anak muda Indonesia untuk berkiprah di panggung dunia. Terdorong kondisi tersebut, mereka lantas mempublikasikan tips aplikasi universitas dan beasiswa di luar negeri pada tanggal 9 Maret 2012. Selang hampir 6 tahun kemudian, lebih dari 1000 artikel telah diterbitkan di laman indonesiamengglobal.com. Kini, tercatat puluhan orang Indonesia pernah menjadi pengurus IM, termasuk Penulis sendiri. Uniknya, tidak semua orang pengurus IM yang berasal dari ragam profesi dan pendidikan tersebut saling mengenal karena tinggal di negera berbeda.
Puluhan pelajar Indonesia telah berhasil mewujudkan mimpinya berkuliah di kampus-kampus idamannya dengan dukungan program mentorship IM. Salah satunya di Harvard University setelah mengikuti mentorship IM. Waskito Jati namanya, seorang lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang kini mendalami Master Studi teologi di universitas terbaik dunia tersebut.
Dengan bimbingan mentor yang sedang menimba ilmu atau lulusan luar negeri dari universitas-universitas top dunia dengan bidang studi yang relevan, seorang mentee akan digembleng habis. Selama kurang lebih 4 bulan, ia akan diberikan berbagai tugas yang mendukung aplikasi universitas pilihannya, seperti membuat esai, mengisi aplikasi sekolah, memoles CV, dan berkorespondensi dengan profesor di universitas tujuan.
 Setelah semuanya dirasa sempurna, proses aplikasi ke universitas tujuan baru dilakukan oleh mentee. IM juga menyediakan biaya tes TOEFL, IELTS, Graduate Record Examination (GRE), atau Graduate Management Admission Test (GMAT) bagi mentee yang membutuhkan. Beasiswa ini merupakan sumbangan dari orang Indonesia, terutama diaspora yang tinggal di berbagai negara, yang dikumpulkan oleh pengurus IM.
Selain ikut terlibat dalam kegiatan mentorship, Penulis sendiri menjalankan peran kevoluntiran di IM sebagai content director bagi wilayah Asia. Sebagai seorang content director atau CD, tugas utama saya mencakup dua hal. Pertama, menemukan kontributor dari seluruh wilayah Asia untuk menyumbangkan tulisannya. Kedua, melakukan reviu terhadap draf tulisan dari kontributor dan menerbitkannya setelah dinyatakan layak tayang. Para kontributor yang diundang adalah mereka yang sedang menimba ilmu dalam berbagai tingkatan sarjana atau lulusan luar negeri, Â dan profesional Indonesia yang berkarir di negara lain.
Saya menjembatani apa yang dibutuhkan oleh pembaca IM dengan apa yang bisa dibagikan oleh para kontributor. Terpisah jarak dan waktu tak lantas kolaborasi kami terganggu. Komitmen yang tinggi membuat sebuah tulisan dapat diselesaikan dan diterbitkan tepat waktu. Saya sendiri punya jatah tiga kali penerbitan dalam satu bulan. Â Dua kali penerbitan dari tulisan dua kontributor, dan satu kali penerbitan untuk tulisan dari kolumnis saya. Karena kerja keras semua pihak tersebut, kini IM telah memiliki sekitar 30.000 subscribers dan akan terus bertambah seiring meningkatnya kesadaran untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di luar negeri.Â
- Berhenti sejenak dari aktivitas, dan dilanjutkan dengan menarik panjang nafas berkali-kali;
- Menuangkan beberapa tetes Kayu Putih Aroma (KPA) Cap Lang ke dalam telapak tangan, lalu dioleskan ke bagian tubuh yang tegang sambil dipijat-pijat.
- Aroma kayu putih yang masih menempel kuat di telapak tangan dihirup agar syaraf menjadi kendor.