Mohon tunggu...
Anjas Prasetiyo
Anjas Prasetiyo Mohon Tunggu... lainnya -

Belajar dari Anda Semua

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membuat Pelajar Indonesia Diterima di Harvard, Oxford, dan Cambridge

13 Januari 2018   23:49 Diperbarui: 14 Januari 2018   01:20 4190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IM Annual Seminar (sumber foto: http://indonesiamengglobal.com)

Diterima di universitas top dunia bukanlah angan-angan belaka sekarang ini. Telah banyak pelajar Indonesia yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas sekaliber Harvard, Oxford, Cambridge, dan Columbia. Mereka tak hanya berasal keluarga-keluarga kaya di ibu kota. Banyak juga pelajar dari daerah dengan latar belakang kehidupan sederhana. Beberapa diantara mereka adalah mantan mentee atau siswa bimbingan program mentorship yang diselenggarakan oleh Indonesia Mengglobal (IM). Program ini sepenuhnya gratis.

Bagi yang belum pernah mendengar, IM adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh sekelompok anak muda Indonesia yang menaruh kepedulian besar terhadap pendidikan tinggi dan karir pemuda Indonesia di kancah global. IM aktif dalam mempublikasikan informasi tentang belajar dan beasiswa luar negeri, serta menyelenggarakan off-line event, seperti bimbingan aplikasi ke universitas terbaik dunia dan seminar pendidikan tahunan.

Awalnya beberapa mahasiswa Indonesia di Stanford University, California, AS menyadari adanya keterbatasan informasi mengenai belajar dan bekerja di luar negeri. Hal ini menjadi ganjalan bagi anak muda Indonesia untuk berkiprah di panggung dunia. Terdorong kondisi tersebut, mereka lantas mempublikasikan tips aplikasi universitas dan beasiswa di luar negeri pada tanggal 9 Maret 2012. Selang hampir 6 tahun kemudian, lebih dari 1000 artikel telah diterbitkan di laman indonesiamengglobal.com. Kini, tercatat puluhan orang Indonesia pernah menjadi pengurus IM, termasuk Penulis sendiri. Uniknya, tidak semua orang pengurus IM yang berasal dari ragam profesi dan pendidikan tersebut saling mengenal karena tinggal di negera berbeda.

laman indonesiamengglobal.com
laman indonesiamengglobal.com
Mentorship adalah program unggulan yang paling dinanti oleh para pelajar Indonesia setiap tahunnya. Karena menyangkut masa depan para pelajar Indonesia, semua pengurus IM ikut terlibat dalam proses seleksi para mentee . Tanpa dipungut biaya sepeser pun, program ini memfasilitasi mereka agar dapat diterima di kampus-kampus top dunia, seperti Harvard University, Columbia University, University of California Berkeley di Amerika Serikat, atau Oxford University , Cambridge University,dan London School of  Economics and Political Science (LSE)di Inggris. 

Puluhan pelajar Indonesia telah berhasil mewujudkan mimpinya berkuliah di kampus-kampus idamannya dengan dukungan program mentorship IM. Salah satunya di Harvard University setelah mengikuti mentorship IM. Waskito Jati namanya, seorang lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang kini mendalami Master Studi teologi di universitas terbaik dunia tersebut.

Waskito Jati (sumber foto: https://mepnews.id)
Waskito Jati (sumber foto: https://mepnews.id)
Seseorang bisa diterima menjadi mentee menjalani serangkaian proses yang ketat. Pada tahap awal, ia harus melalui seleksi administrasi yang mencakup prestasi akademis, kemampuan bahasa Inggris dan kegiatan ekstrakulikuler. IPK dan kemampuan berbahasa Inggris yang bagus saja tidak cukup untuk bisa lolos. Masih harus dilihat bagaimana kiprah kepemimpinan seseorang dalam kegiatan kemahasiswaan atau sosial-kemasyarakatan. Karena standar well-rounded  inilah yang sebenarnya dicari oleh universitas-universitas top dunia.

Dengan bimbingan mentor yang sedang menimba ilmu atau lulusan luar negeri dari universitas-universitas top dunia dengan bidang studi yang relevan, seorang mentee akan digembleng habis. Selama kurang lebih 4 bulan, ia akan diberikan berbagai tugas yang mendukung aplikasi universitas pilihannya, seperti membuat esai, mengisi aplikasi sekolah, memoles CV, dan berkorespondensi dengan profesor di universitas tujuan.

 Setelah semuanya dirasa sempurna, proses aplikasi ke universitas tujuan baru dilakukan oleh mentee. IM juga menyediakan biaya tes TOEFL, IELTS, Graduate Record Examination (GRE), atau Graduate Management Admission Test (GMAT) bagi mentee yang membutuhkan. Beasiswa ini merupakan sumbangan dari orang Indonesia, terutama diaspora yang tinggal di berbagai negara, yang dikumpulkan oleh pengurus IM.

Selain ikut terlibat dalam kegiatan mentorship, Penulis sendiri menjalankan peran kevoluntiran di IM sebagai content director bagi wilayah Asia. Sebagai seorang content director atau CD, tugas utama saya mencakup dua hal. Pertama, menemukan kontributor dari seluruh wilayah Asia untuk menyumbangkan tulisannya. Kedua, melakukan reviu terhadap draf tulisan dari kontributor dan menerbitkannya setelah dinyatakan layak tayang. Para kontributor yang diundang adalah mereka yang sedang menimba ilmu dalam berbagai tingkatan sarjana atau lulusan luar negeri,  dan profesional Indonesia yang berkarir di negara lain.

Saya menjembatani apa yang dibutuhkan oleh pembaca IM dengan apa yang bisa dibagikan oleh para kontributor. Terpisah jarak dan waktu tak lantas kolaborasi kami terganggu. Komitmen yang tinggi membuat sebuah tulisan dapat diselesaikan dan diterbitkan tepat waktu. Saya sendiri punya jatah tiga kali penerbitan dalam satu bulan.  Dua kali penerbitan dari tulisan dua kontributor, dan satu kali penerbitan untuk tulisan dari kolumnis saya. Karena kerja keras semua pihak tersebut, kini IM telah memiliki sekitar 30.000 subscribers dan akan terus bertambah seiring meningkatnya kesadaran untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di luar negeri. 

KPA Cap Lang, sahabat setia dalam menulis (sumber: dokumen pribadi)
KPA Cap Lang, sahabat setia dalam menulis (sumber: dokumen pribadi)
Terkadang dalam proses mereviu tulisan, badan kurang fit karena kecapekan.  Pikiran juga terkadang buntu dalam menemukan ide-ide baru. Kondisi ini tentunya sangat mengganggu. Tetapi, saya adalah tipikal orang yang biasa menghindari obat ketika sakit. Minyak kayu putih Cap Lang biasa saya andalkan. Bersyukur sekarang ada Kayu Putih Aroma (KPA) Cap Lang dengan wewangian mawar dan lavender. Untuk mengusir rasa pusing atau capek, hal berikut yang saya lakukan:
  • Berhenti sejenak dari aktivitas, dan dilanjutkan dengan menarik panjang nafas berkali-kali;
  • Menuangkan beberapa tetes Kayu Putih Aroma (KPA) Cap Lang ke dalam telapak tangan, lalu dioleskan ke bagian tubuh yang tegang sambil dipijat-pijat.
  • Aroma kayu putih yang masih menempel kuat di telapak tangan dihirup agar syaraf menjadi kendor.

Ritual penyembuhan diri di atas terbukti membuat badan jadi enteng dan pikiran lega. Ide pun akhirnya mengalir kembali.

Kembali ke peran saya sebagai content director IM. Dalam beberapa kesempatan lain, saya juga melakukan interviu dengan warga Indonesia yang sedang meniti karir di luar negeri. Senang sekaligus bangga saya rasakan mengetahui bahwa ada orang-orang Indonesia yang tak kalah kualitas dengan para bule. 

Apalagi bila mereka sudah menempati posisi strategis yang terasa mustahil dicapai oleh orang Indonesia. Tetapi tenyata mereka bisa. Pengalaman mereka sukses berkarir di luar negeri mematahkan anggapan bahwa orang Indonesia bodoh, malas, dan tak mampu sama sekali. Namun, semua butuh perjuangan. Aspek ini yang selalu menarik untuk dikupas. Perasaan mengharu-biru kerap muncul ketika mendapatkan cerita berapa kali mereka harus jatuh bangun atau bahkan dipandang sebelah mata dalam mengejar mimpi. Bagian inilah yang harus diceritakan kembali bagi pembaca IM. Tujuannya agar mereka termotivasi untuk mengembangkan segenap potensinya. 'There is a will, there is a way'.

IM Annual Seminar (sumber foto: http://indonesiamengglobal.com)
IM Annual Seminar (sumber foto: http://indonesiamengglobal.com)
Acara tahunan yang juga ditunggu-tunggu oleh calon mahasiswa adalah seminar bertema pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Bekerja sama dengan EducationUSA dan @america, seminar tahunan ini mengundang para alumni S1, S2, dan S3 dari universitas-universitas terkemuka di AS. Mereka diminta untuk berbagi pengalaman dalam melamar universitas pilihannya, perkuliahan, serta kehidupan sosial selama studi di Negeri Paman Sam. 

Sudah empat tahun, sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2013, annual seminar menyedot atusiasme dari ribuan peserta.  Hal ini terbukti dari bangku-bangku yang disediakan @america terisi penuh, bahkan ada peserta seminar yang tak kebagian tempat. Hal ini sebenarnya tak mengherankan, melihat besarnya antusiasme pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi ke luar negeri yang dibarengi dengan banyaknya tawaran beasiswa. Namun yang masih sangat kurang adalah persiapan studi di luar negeri terutama dalam proses aplikasinya.

Saya bangga menjadi bagian komunitas anak muda Indonesia yang peduli terhadap pendidikan anak bangsa. Melalui Yayasan Indonesia Mengglobal (IM), hobi menulis saya bisa bermanfaat lebih jauh bagi sesama.  Peran kecil saya jalankan untuk ikut membangun Indonesia dengan menjadi voluntir digital. Berkumpul dan berkarya bersama dengan orang-orang sevisi adalah cara kreatif untuk berkontribusi bagi masyarakat. Bagaimana denganmu? Yuuk berdayakan dirimu untuk kemajuan negeri sesuai bidang pilihanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun