Pasir putih bertekstur lembut. Air laut jernih berwarna hijau tosca hingga kebiruan. Terumbu karang nan menakjubkan. Ketiganya menjadi alasan kami untuk datang ke Pahawang.Â
Gugusan kepulauan cantik ini menawarkan liburan berkualitas dengan budget terbatas. Berjarak hanya sekitar 31 km arah tenggara dari kota Bandar Lampung, Pahawang tak sulit untuk dijangkau. Paling gampang menggunakan transportasi umum, seperti bus. Apalagi bila titik keberangkatan kita dari ibu kota, seperti rombongan kami yang tergabung dalam sebuah program open trip.
Ukurannya yang tak terlalu besar membuat kami berdesak-desakkan. Kebanyakan penumpang bisa duduk di bagian tengah. Akan tetapi yang tak kebagian tempat, terutama para lelaki, memilih duduk di atas tepian lambung kapal. Untuk pertama kalinya dalam kesempatan ini, kami saling berkenalan. Meskipun berasal dari berbagai daerah dan ragam profesi ternyata kami bisa langsung akrab. Inilah salah satu manfaat dari open trip; kita akan mendapatkan teman baru selama liburan.
Penduduk di sana menyewakan rumah-rumahnya untuk ditinggali wisatawan selama 2-3 hari. Ada pula yang membuka toko kelontong yang menyediakan segala kebutuhan wisatawan. Inilah kelebihan sebuah aktivitas wisata yang dikelola mandiri oleh masyarakat lokal.Â
Mereka menjadi pelaku wisata, bukan buruh bagi pemodal besar. Jadi dengan berlibur ke Pahawang, kita membantu ekonomi masyarakat setempat secara langsung. Selain itu, dengan fasilitas apa adanya, kegiatan wisata di Pulau Pahawang justru menyuguhkan sebuah pengalaman liburan ala kepulauan yang otentik.
Setibanya di lokasi, pemandangan bawah laut yang tembus pandang langsung menyambut kami. Maka, tak ada seorangpun yang mampu tahan godaan untuk segera terjun ke laut.Dingin langsung mencubit kulit. Tapi kami tak gentar sama sekali. Bahkan, kami rela melakukan senorkeling hingga jauh demi mengejar ikan warna-warni. Terumbu karang di sana nampak sehat, sehingga mudah juga untuk mengintip ikan yang sedang bermalas-malasan di sela-sela karang.
Banana boat ditarik kencang-kencang lalu berbelok sangat tajam. Â Meski sudah berpegangan erat, akhirnya kami jatuh terjungkal juga ke laut. Mendebarkan! tapi pengalaman ini sungguh menyenangkan.
Penjelajahan hari itu ditutup dengan aktivitas barbeque di tepi pantai. Ikan, cumi-cumi, dan udang segar tersedia. Tinggal pilih mana yang disuka. Untungnya, kami tak perlu repot membakar seafood sendiri. Karena sudah ada tenaga khusus untuk memenuhi semua pesanan wisatawan. Kami cukup duduk manis sambil menikmatinya di kursi-kursi yang telah tersusun rapi. Sembari santap malam, kami berbincang tentang banyak hal. Semakin malam, suasana semakin akrab saja. Hingga larut, kami pun terlena dalam canda-tawa tak berkesudahan.
Liburan di Pulau Pahawang dipungkasi dengan kunjungan ke dua tempat pada keesokan harinya. Pulau Pahawang Kecil menjadi tujuan pertama. Pulau ini berbeda dengan pulau lainnya dalam hal bentang alam. Pepohonan tumbuh subur di satu sisi. Sedangkan, gundukan pasir putih dapat ditemukan di sisi lainnya. Ketika laut surut, pada pagi hingga siang hari, gundukan pasir itu akan muncul. Berbingkai lautan membiru, atraksi alam ini memikat para wisatawan untuk datang berbondong-bondong.