Mohon tunggu...
Anja Saniyyah
Anja Saniyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Hukum Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketulusan Orangtua dalam Perjalanan Hidup Anak

12 Desember 2024   09:32 Diperbarui: 12 Desember 2024   09:32 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kita tidak akan tahu rasa cinta orang tua kita, hingga kita menjadi orang tua." 

- Henry Ward Beecher

Kalau bicara soal orangtua, pasti yang terlintas di pikiran kita adalah cinta dan pengorbanan mereka yang tidak ada habisnya. Dari sejak kita lahir sampai tumbuh dewasa, mereka selalu ada, memberikan apa yang terbaik menurut mereka. Mungkin kita tidak selalu sadar, tapi apa yang mereka lakukan semuanya lahir dari ketulusan hati.

Dari pagi hingga malam, orangtua tidak pernah berhenti memikirkan kebutuhan anak-anaknya. Mereka bekerja keras, bahkan sering mengorbankan waktu untuk diri sendiri demi memastikan kita punya masa depan yang lebih baik. Ayah, misalnya, mungkin terlihat lelah sepulang kerja, tapi ia tetap berusaha tersenyum atau menyempatkan waktu bertanya tentang hari kita. Ibu juga tidak kalah hebat, selalu siap mendengarkan keluh kesah kita meskipun ia sendiri mungkin punya beban yang tidak pernah ia ceritakan.

Ketulusan itu sendiri tidak selalu terlihat dari hal-hal besar. Terkadang, justru lewat tindakan kecil yang sering kita anggap biasa saja. Misalnya, saat ibu menyiapkan makanan kesukaan kita tanpa diminta, atau ayah yang diam-diam memperbaiki barang kita yang rusak. Mereka mungkin tidak banyak bicara, tapi tindakan mereka menunjukkan semuanya. Cinta mereka itu tidak pernah dibuat-buat.

Namun, tidak bisa dimungkiri, ada masa di mana kita merasa orangtua terlalu menuntut atau tidak memahami apa yang kita mau. Wajar, namanya juga manusia. Tapi, kalau kita coba melihat dari sudut pandang mereka, mungkin mereka cuma khawatir. Mereka ingin memastikan kita tidak salah langkah atau terluka. Terkadang caranya memang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, tapi niat mereka selalu baik.

Ketulusan ini juga terlihat dari bagaimana mereka mendukung kita, bahkan saat kita gagal. Buat orangtua, keberhasilan anak bukan cuma soal nilai bagus atau karier yang cemerlang. Mereka bahagia kalau kita bahagia. Saat kita terjatuh, mereka adalah orang pertama yang membantu kita bangkit, seringkali tanpa kita sadari.

Sebagai anak, kadang kita terlalu sibuk dengan kehidupan sendiri sampai lupa menghargai apa yang orangtua lakukan. Padahal, ucapan sederhana seperti "terima kasih" atau "aku sayang Ibu dan Ayah" bisa membuat mereka bahagia. Ketulusan mereka memang tidak mengharapkan balasan, tapi menunjukkan rasa terima kasih adalah cara kita untuk menghargai mereka.

Pada akhirnya, perjalanan hidup kita tidak lepas dari peran orangtua. Mereka adalah fondasi yang membentuk siapa kita hari ini. Ketulusan mereka mungkin tidak bisa kita balas sepenuhnya, tapi kita bisa berusaha untuk menjadi anak yang mereka banggakan. Selalu ada cinta yang tulus di balik setiap doa dan usaha mereka untuk kita. Dan tugas kita adalah menjaga cinta itu tetap hidup di dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun