“Kan Semen Indonesia seng bangun pemerintah, mosok pemerintah dibantah, mosok pemerintah bermaksud menjajah?” (Kan Semen Indonesia yang membangun pemerintah, masak pemerintah dibantah, masak pemerintah bermaksud menjajah?)
Begitulah ungkapan hati Purwanti, warga desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang saat ditanya tentang pendirian pabrik semen di Rembang milik PT Semen Indonesia Tbk.
Purwanti adalah petani dari Desa Tegaldowo yang menjadi bagian dari desa ring satu pabrik semen di Rembang.
Beberapa waktu lalu, saat saya mengunjungi lima desa ring satu pabrik semen di Rembang, menemukan banyak sekali hal yang jelas berbeda dengan apa yang digembar-gemborkan di media. Warga yang dikabarkan menolak, yang konon saling ribut adu kekuatan, yang katanya tidak saling rukun karena berbeda pandangan dalam menilai pabrik semen yang berdiri di Rembang, ternyata sama sekali tidak benar. Justru, saya melihat keharmonisan masyarakat Rembang yang masih asli.
Soal pabrik semen, beberapa masyarakat cenderung mendukung keberadaan pabrik semen di Rembang. Menurut pengakuan Kades Kadiwono, Ahmad Ridwan, kira-kira ada sekitar 96% masyarakat ring satu yang mendukung pabrik milik BUMN tersebut berdiri di Rembang.
Bagi Ahmad Ridwan, setiap investasi pasti akan mengubah banyak hal di sekitarnya. Roda perputaran uang akan bekerja, penduduk lebih produktif dan infrastruktur daerah akan membaik. Hadirnya pabrik Semen Indonesia membuat desa semakin berbenah diri dan memperbaiki perekonomiannya.
Senada dengan Purwanti dan Kades Kadiwono, Mbah Sapuan, petani warga Pasucen, juga mangatakan saat ini sawah-sawah di Rembang tidak lagi merasakan kekurangan air untuk mensuburkan lahan pertaniannya.
Justru dengan hadirnya instalasi, pipalisasi, dan embung yang dibangun oleh pabrik semen Indonesia membuat pengairan untuk sawah-swah semakin lancar. Walhasil, saat waktu panen tiba, padi dan tanduran lainnya juga memberikan hasil yang sangat memuaskan.
Lagi-lagi Semen Indonesia disebut sebagai perusahaan yang membawa berkah bagi kehidupan masyarakat Rembang. Segala opini yang menyatakan bahwa keberadaan pabrik Semen akan merusak lingkungan dan memberikan dampak negatif bagi Rembang dianggap hanyalah guyonan belaka.
Masyarakat juga mengaku, bahkan jauh sebelum pabrik semen milik BUMN itu hadir di Rembang, sudah banyak praktik penambangan liar yang dilakukan oleh perusahaan swasta yang tidak jelas kemana dan bagaimana izinnya. Bukankah yang seperti itu justru merusak lingkungan?
Oleh sebab itu, masyarakat Rembang sungguh sangat keberatan jika namanya dijual kesana-kemari demi kepentingan orang yang sok peduli dan mengaku-ngaku warga Rembang asli. Padahal, sejatinya mereka sangat mendukung keberadaan pabrik semen di Rembang.Jadi, jika warga Rembang setuju, sudah semestinya Pabrik Semen di Rembang tetap harus dijalankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H