Mohon tunggu...
Ginanjar Wahyu
Ginanjar Wahyu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diskusi Hangat Polemik Pendirian Pabrik Semen di Rembang

11 Januari 2017   00:09 Diperbarui: 11 Januari 2017   01:45 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Rakyat Merdeka Online

  Malam sudah larut, tapi tidak menyurutkan semangat para mahasiswa untuk mengikuti sebuh diskusi yang diadakan di Univesitas Negeri Semarang (UNNES) dengan tema ‘Membedah Polemik Pembangunan Pabrik Semen Rembang’. Mahasiswa yang hadir dari berbagai kampus yang ada di kota Semarang seperti Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Dian Nuswatoro (UNDINUS), Universitas Muhammadiyah Semarang, UIN Walisongo, Universitas Semarang, UNIKA, Universitas Pandanaran, dan lain sebagainya. Selain itu, dalam diskusi tersebut hadir pakar ekonomi UNNES Muhammad Feriady dan pakar sosial antropologi Asma Lutfi

Para peserta diskusi yang datang dibagi dalam dua kubu, yaitu kubu yang mendukung pendirian pabrik semen dan kubu yang menolak. Seperti kita ketahui polemik terkait pendirian pabrik semen yang didirikan oleh PT Semen Indonesia menjadi perdebatan panjang dimana penolakan pabrik tersebut harus ditempuh melalui pengadilan sampai Mahkamah Agung (MA).

Meski berbeda pendapat, tapi peserta yang hadir tetap tenang dalam menyampaikan aspirasinya, salah satunya mahasiswa UNNES bernama Jono. Dia menilai pendirian pabrik semen akan merusak lingkungan karena didirikan di sekitar Gunung Kendeng dimana potensi pencemaran air sangat besar yang disebabkan oleh limbah. Dia juga mempertanyakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dinilainya tidak melalui kajian ilmiah yang mendalam dan terkesan politis.

Selain Jono, mahasiswa UNNES bernama Syafrudin, yang kontra atas pendirian pabrik semen tersebut juga menyayangkan dampak sosial yang ditimbulkan karena adanya pro dan kontra di wilayah pabrik. Dia mengatakan terjadi ‘gap’ yang sangat terlihat antara warga yang mendukung dan warga yang menolak dan dia pun khawatir suatu saat nanti akan terjadi gesekan sosial yang berujung pada kekerasan.

Berbeda dengan pandangan Jono dan Syafrudin, mahasiswa asal UKSW Salatiga bernama Yudha mengatakan, pro dan kontra pendirian pabrik semen justru sangat tidak terasa di daerah tersebut. Yudha yang pernah langsung meninjau keadaan pabrik dan desa sekitar Kendeng baik-baik saja, malah yang membuat polemik ini adalah orang-orang yang bukan asli Rembang seperti LSM yang ada di Semarang dan aktivis bernama Gunreto. Yudha pun mengajak mahasiswa untuk lebih berpikir kritis dan realis, jangan sampai terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar, sementara banyak orang yang kontra belum pernah melihat langsung keadaan di lokasi.

Sementara itu, pakar Ekonomi UNNES Muhammad Feriady pada dasarnya menyambut industrialisasi di daerah Rembang, lebih tepatnya di Jawa Tengah. Menurutnya, masuknya investor dan mendirikan pabrik otomatis akan berimbas pada bertambahnya pendapatan daerah. Di Rembang sendiri, Feriady menilai pendirian pabrik semen tidak hanya berdampak penyerapan tenaga kerja, tapi dampaknya akan lebih luas lagi yaitu akan menghidupkan aktivitas ekonomi di sekitar Rembang.

Feriady menyebut, salah satu sektor yang akan menerima manfaat pendirian pabrik semen yaitu sektor mikro dimana masyarakat yang memiliki daya beli bisa bertransaksi secara ekonomi dengan warung makan, warung kelontong, dan lainnya yang ada di Rembang. Sementara itu, dengan hidupnya aktivitas ekonomi tersebut, bukan tidak mungkin akan timbul pelaku UMKM baru dengan memanfaatkan basis kultur dan budaya Kendeng.

Dalam kesempatan yang sama ahli sosial dan antropologi Asma Lutfi mengatakan bahwa polemik pendirian pabrik semen jangan dilihat dari kaca mata yang sempit tapi harus dilihat dari yang lebih luas lagi. Salah satunya bagaimana kebutuhan hidup yang layak masyarakat Kendeng apakah terpenuhi dengan adanya pabrik tersebut. Kalau memang ada yang kontra dia menyarankan untuk sama-sama pergi ke lokasi dan melihat langsung keadaan warga setempat.

Dia juga melihat pergerakan kontra sebenarnya hanya dilakukan oleh orang-orang yang tengah menyampaikan aspirasinya. Oleh karena itu, baik dari pihak PT Semen Indonesia dan juga pemerintah harus mengakomodasi mereka dan memberikan solusi konkret atas apa yang mereka takutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun