Pembangunan pabrik Semen Indonesia di Rembang telah memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar. Meski sampai hari ini, proyek dengan investasi 4,45 Triliyun ini masih menuai perdebatan pro dan kontra, namun masyarakat yakin proyek ini tetap akan berjalan dan bisa beroperasi sesuai waktu yang ditargetkan, yakni akhir tahun 2016.
Keberadaan pabrik Semen Indonesia diharapkan mampu mengentas kemiskinan khususnya di desa-desa sekitar lokasi pabrik semen yang merupakan daerah palingg tertingal di Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang sendiri adalah kabupaten termiskin ketiga di Provinsi Jawa Tengah.
Selama masa pembangunannya, khususnya warga desa di seputar pabrik mengaku telah banyak mendapatkan manfaat. Selain bertani mereka juga bisa menyambi menjadi tenaga kerja upahan dalam proyek pembangunan pabrik Semen Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Abdul Wachid sebagai pimpinan Forum Rakyat Rembang Bersatu (FRRB).
Ungkapan Wachid ini di dukung oleh pernyataan Dwi Joko Suprianto sebagai tokoh masyarakat Rembang. Menurut Joko, kondisi ekonomi warga desa sebelum adanya Semen Indonesia sangatlah memprihatinkan. Selain bertani, sebagian besar dari mereka bekerja sebagai penggembala sapi dan kambing. Sehari-hari tugasnya hanya mencari rumput dan menggembala sapi orang lain di sawah-sawah.
Akan tetapi, setelah adanya pembangunan pabrik Semen Indonesia, warga Rembang mendapatkan pekerjaan dan upah yang lebih baik dari Pabrik milik BUMN ini.
Joko meyakini, berdirinya pabrik Semen Indonesia di Rembang akan lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kendati demikian, pihak Semen Indonesia juga tetap harus mempertahankan komunikasi yang telah dibangun dengan santun pada masyarakat Rembang asli, baik dari organisasi massa yang berbasis keagamaan maupun yang berbasis kepemudaan. Dengan pendekatan yang lebih baik ini, Joko berharap tidak ada lagi campur tangan pihak ketiga yang berusaha mencegah kemajuan daerah Rembang.
Semen Indonesia telah mendatangkan harapan baru bagi masyarakat Rembang untuk hidup lebih baik di masa yang akan datang. Mereka berharap nantinya setelah beroperasi, pabrik semen akan membantu warga sekitar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik serta mau membangun fasilitas pendidikan bagi anak-anak warga setempat.
Joko menambahkan, masyarakat sangat khawatir jika pabrik Semen Indonesia di Rembang dibatalkan maka mereka akan kembali hidup seperti dulu tanpa adanya harapan kemajuan bagi kehidupan ekonomi mereka dan anak-anaknya kelak.
“Kami sangat bahagia bekerja di pabrik Semen Indonesia. Meskipun masih tahap pembangunan, upah dari Semen Indonesia sudah bisa membuat kami hidup lebih baik, menyicil motor, menyicil bangunan rumah dan menyekolahkan anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi. Kalau Semen Indonesia ditiadakan, maka kehidupan kami akan kembali menjadi penggembala sapi dan kambing. Jangankan untuk menyicil motor ataupun menyekolahkan anak-anak, upah dari ngangon sapi cukup untuk makan besok saja sudah syukur”. Terang Joko mewakili cerita masyarakat Rembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H