Mohon tunggu...
Ginanjar Wahyu
Ginanjar Wahyu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aku Heran Sama Orang Kita

18 November 2016   18:13 Diperbarui: 18 November 2016   18:18 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Dokumentasi Pribadi

Nama saya Anjar Wahyu Abdillah, saat ini tercatat sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2015 di salah satu Universitas di Semarang. Saya aslinya berasal dari Desa Pasucen, Kabupaten Rembang. Ayah berprofesi sebagai supir angkutan umum di Kota Rembang, dan Ibu seorang ibu rumah tangga. Desa saya termasuk salah satu wilayah kekurangan air dan tingkat kesejahteraannya masih rendah di antara desa-desa lain di Kabupaten Rembang. Tingkat kesejahteraan rendah karena mungkin secara geografis wilayah kami adalah pegunungan kapur yang tidak subur.

Waktu itu saya masih beranjak di kelas 1 SMA, saat PT. Semen Indonesia datang di Kabupaten Rembang dan membawa secerca harapan bagi kesejahteraan desa saya, karena kebetulan  desa kami adalah yang paling dekat dengan areal yang rencananya akan beroperasi Pabrik Semen. Saya mengatakan secerca harapan bagi kesejahteraan, karena berdasar informasi yang saya peroleh, daerah yang sudah terlebih dahulu menjadi kawasan beroperasinya PT. Semen Indonesia berubah menjadi kawasan produktif. Bahkan di Tuban, sebanyak 2.276 pemuda terserap menjadi karyawan PT. Semen Indonesia. Tentunya hal tersebut menjadi pelecut semangat saya untuk segera menyelesaikan studi S-1, dengan harapan saya juga bisa menjadi karyawan salah satu BUMN terkemuka tersebut. 

Namun, gejolak dalam pembangunan Pabrik Semen mulai muncul. Tidak tahu darimana, ga jelas juga asalnya. Ada yang mengatasnamakan diri sebagai 9 Srikandi, Pejuang Kendeng Lestari, atau apalah namanya. Yang jelas, pergerakan tidak beralasan tersebut perlahan memupus asa untuk membanggakan orang tua saya yang telah bekerja siang dan malam demi membiayai uang kuliah saya. Memupus mimpi saya sebagai pemuda daerah yang ingin bekerja di salah satu BUMN terkemuka.

Penolakan pembangunan Pabrik di Rembang ini saya katakan tidak beralasan. Karena, aksi protes atas pembangunan Pabrik dilakukan jauh setelah rencana pembangunan Pabrik diumumkan pada 2009. Sekedar diketahui bersama bahwa kelompok-kelompok tersebut baru ramai melakukan aksi penolakan Pabrik Rembang di tahun 2015, bahkan baru benar-benar ramai di tahun ini. Sebagai pemuda asli daerah, hal ini mengindikasikan bahwa penolakan ini direncanakan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan, yang jelas bukan pihak yang mengutamakan kepentingan rakyat apalagi kepentingan kami. Kemudian, fakta bahwa aksi penolakan tidak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Rembang, membuat saya yakin bahwa masyarakat yang polos telah dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu, dengan mengatasnamakan kelestarian lingkungan.

Hmmmm, Aku heran sama Orang Indonesia. Gak tahu kenapa, bangsa ini terlalu mudah dipengaruhi tanpa keinginan untuk melihat sesuatu dengan lebih jernih dan mempertimbangkan kebermanfaatannya. Sedikit pesan saya untuk pengawal gerakan yang mengatasnamakan masyarakat Rembang. Apa kalian tidak lelah melihat wilayah kami terus mengalami kekeringan dan kemiskinan di setiap tahunnya?. Apakah kalian tidak lelah memperjuangkan apa yang sebenarnya tidak kami inginkan?. Hentikan langkah kalian. Kami juga ingin sejahtera. Kami juga ingin menata masa depan.

Sekian, salam untuk Rembang yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun