"De’.. "Dalem mas.." "Kok peteng yo?" "Lah nggih to mas, lhawong PLN mati lampu kok." "Trus pripun de’?" "Kulo tak nyumet lampu teplok mawon nggih mas.." "De’.. "Dalem.." "Umpamane aku lampu teplok, aku pengen ade’ sing dadi sempronge." "Maksute pripun mas?" "Ya ade’ to sing menjaga agar apiku tetap menyala sepanjang malam. Ade’ sing melindungi ben genine mboten mati senajan keno angin gedhi." "Nggih emoh to mas.." "Kok emoh to de’? "Lha mangke nek ade’ dadi semprong, mangke dadi ireng guseng.." “…” #gagaltotalngegombal *nangis guling guling jedotin kepala ke tembok* Dan akhirnya aku, manyun seorang diri, masih memikirkan tentang lampu teplok dan De' Lastri .. Lalu ku tulis sebuah gombalan yang aku rasa sedikit lebih romantis, untuk mencoba meluluhkan kembali hatinya. Di secarik kertas ; “Jika aku adalah lampu teplok, maka aku ingin agar kaulah yang menjadi semprongnya. Yang selalu menjaga agar nyala apiku tak padam diterpa angin masa. Yang rela bening kacamu menjadi hitam legam karna menjaga apiku sepanjang malam. Demi berdua kita berbagi kehangatan..” “Nek kowe ora meleleh de’, jangan sebut mas iki pria penggombal sejati..!!” ------ foto: www.solorasaangkringan.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H