Mengkaji kembali sesungguhnya setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda dan pemahaman yang berbeda terhadap anggapan materi pembelajaran, dengan itu perlu bagi seorang guru untuk bisa memahami karaketeristik setiap peserta didiknya. Beckmann & Schllhorn, (2006) berpendapat bahwa pembelajaran diferensiasi banyak diadopsi dalam konteks pembelajaran yang bersifat motorik. Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat,
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas peserta didik mungkin kesulitan dalam memahami suatu materi pembelajaran hal ini terjadi jika guru kurang memperhatikan ciri dan kepribadian peserta didik saat menyampaikan materi pelajaran yang dipelajarinya. segenap usaha yang dipilih dan dilakukan oleh seorang guru sebagai perancang pembelajaran, bila tak bertumpu pada karakteristik setiap individu peserta didik, maka proses pembelajaran yang dilakukan dan dikembangkan tidak memiliki makna bagi peserta didik. Penggunaan strategi pembelajaran diferensiasi dapat memberikan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa (kesiapan, minat dan gaya belajar siswa) sehingga kebutuhan belajar siswa dapat terpenuhi.
Andini, (2016: 342) berpendapat bahwa pembelajaran berdiferensiasi berarti seorang guru harus mampu mengelompokkan murid yang sesuai, yang pintar dengan yang pintar atau sebaliknya bisa belajar sesuai dengan kemampuannya masing masing. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengklasifikasi kemampuan dalam proses pembelajaran agar guru lebih mudah dalam memberikan materi. Mengetahui karakteristik peserta didik sangat penting bagi seorang guru karena dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk mengembangkan perencanaan dan taktik dalam melakukan proses pembelajaran.
Ada beberapa ciri karakter peserta didik di sekolah dasar, antara lain mau bermain, suka bergerak, suka melakukan pekerjaan secara berkelompok, dan senang mengungkapkan perasaan atau tindakan secara langsung. Guru harus mampu mengemas aktivitas dalam rangkaian proses pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik secara efektif mengingat kualitas setiap individu peserta didik berbeda. Selain itu, peserta didik harus diberikan kesempatan untuk secara aktif memperoleh pengalaman langsung dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok,
Salah satu cara untuk merancang dan melakukan proses pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik adalah dengan strategi pembelajaran diferensiasi. Strategi pembelajaran diferensiasi merupakan suatu upaya berpikir yang sangat penting Sehingga peserta didik terlibat secara aktif dalam seluruh rangkaian proses pembelajaran maka akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai sesuai dengan kemampuan belajarnya. Secara tidak langsung proses pembelajaran diferensiasi yag beragam dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik dengan memberi mereka berbagai kesempatan untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Strategi pembelajaran diferensiasi di sekolah dasar dilakukan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik yang terdiri dari tiga aspek yaitu kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar peserta didik. Kesiapan belajar peserta didik artinya daya tampung atau kemampuan awal peserta didik untuk memepelajari konsep materi baru. Minat belajar peserta didik diartikan sebagai pembelajaran apa yang peserta didik sukai dan minati sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi bagi peserta didik tersebut. Sedangkan profil belajar peserta didik merupakan pendekatan proses pembelajaran yang disenangi oleh peserta didik. Profil belajar diantaranya budaya, bahasa, gaya belajar dan keadaan keluarga.
Strategi pembelajaran diferensiasi barangkali dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan perilaku peserta didik yang kreatif. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Santos, Coutinho, dkk, (2018) menyimpulkan bahwa manfaat pendekatan strategi pembelajaran diferensiasi diantaranya adalah 1) mampu memfasilitasi pengembangan kreativitas peserta didik; 2) dapat memberikan penurunan substansi dalam kegagalan; 3) mampu mendorong adaptasi peserta didik yang berbeda berdasarkan keahlian dan potensi yang dimiliki; dan 4) mampu mendukung keteraturan dalam perilaku individu peserta didik di dalam kelas.
Penerapan strategi pembelajaran diferensiasi mampu mendesripsikan kegiatan proses pembelajaran yang tepat guna bagi peserta didik baik dalam kesiapan belajar, minat belajar dan gaya belajar peserta didik. Sehingga terpenuhi kebutuhan belajar peserta didik dengan baik, yang berimbas pada peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki masing-masing. Namun penelitian terkait dengan penerapan strategi pembelajaran diferensiasi di sekolah dasar masih terbatas sehingga peneliti memiliki tujuan untuk mengumpulkan berbagai referensi sumber yang berkaitan dengan penerapan strategi pembelajaran diferensiasi khususnya di sekolah dasar.
Â
Suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dikenal sebagai strategi pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi, menurut Tomlinson dalam Herwina (2021), adalah upaya untuk memfokuskan rangkaian pembelajaran di dalam kelas guna memenuhi kebutuhan belajar individu dari setiap peserta didik.
Mengapa pembelajaran diferensiasi menjadi hal penting? pembelajaran diferensiasi bertujuna untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk berkembang sesuai kemampuannya. Peserta didik dapat menggali potensi yang optimal dan mengembangkannya agar mencapai prestasinya Peserta didik tidak merasa gagal atau sia-sia dalam proses pembelajaran Pembelajaran berdiferensiasi tidak berfokus pada guru saja, tetapi juga berfokus pada peserta didik. Terciptanya suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan antara guru dan peserta didik. Meningkatkan rasa tangung jawab, berfikir kritis dan inovatif pada peserta didik.