Mohon tunggu...
Anjar Mukti
Anjar Mukti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepenggal Kisah Penjual Pisang Keliling

20 Februari 2019   10:36 Diperbarui: 21 Februari 2019   20:46 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Blangsak hidup saya," kata pertama yang diucapkan Tarmo, penjual pisang keliling diwilayah Pondok Labu saat ditemui sedang duduk berjualan, Rabu 20 Februari 2019. Kata "Blangsak", menggambarkam kehidupan yang dijalaninya saat ini. 

Sudah satu tahun Tarmo menjalani pekerjaan sebagai pedagang pisang keliling dan menjadi pekerjaan utamanya. Ungkapnya pisang yang dijual tidak setiap harinya habis. 

Jika sedang beruntung pisang yang terjual bisa samapi 10 samapi 20 sisir, malah kadang tidak terjual sama sekali. Pisang yang tidak terjual dengan sukarela dia berikan kepada orang-orang daripada harus terbuang sia-sia karena membusuk. 

"Kadang laku kadang engga, kalau engga laku ya saya kasih ke orang lain, daripada nanti busuk," ujar Tarmo.

Tarmo hanya hidup sendiri, bekerja sebagai pedagang pisang juga hanya untuk menghidupi dirinya sendiri. Untuk tempat tinggal dia menumpang pada temannya. Tarmo hidup sendiri bukan tanpa sebab, sebenarnya dia mempunyai keluarga. 

Tarmo masih punya istri dan mempunyai 6 anak. Namun, hidup yang dianggap serba kekurangan membuat dia harus menerima kenyataan pahit dalam hidup. Karena hal tersebut istrinya mengusirnya. 

"Harta saya habis, saya tidak punya apa-apa, lalu istri saya di Gunung Putri mengusir saya," ungkap tarno saat ditanya keberadaan keluarganya. Dia mengakui jika dulu dia bekerja serabutan menjadi tukang bangunan untuk membiayai keluarga.

Selain itu Tarno juga tidak mengetahui keberadaan anak-anaknya. Anak-anaknya pergi meninggalkan Tarmo. Sudah lama dia tidak berjumpa dengan anak-anaknya. 

Bahkan saat masih hidup bersama berdua dengan istrinya, anak-anaknya sudah pergi entah kamana. "Anak saya gak tahu ada dimana, mereka menyebar dan tidak pernah menemui saya," ungkap Tarmo.

"Kalau masih menggap saya, pasti anak-anak saya akan mencari saya. Mungkin mereka sudah tidak tahu saya." Ungkapan itu berulang kali Tarmo ucapkan. Seolah ada harapan besar untuk bisa bertemu dengan anak-anaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun