Suatu hari, ada seorang anak SD bertanya kepada ayahnya mengenai apa itu politik.
“Pak, politik itu apa sih?” tanya Tono kepada bapaknya.
“Duh Nak, pertanyaanmu terlalu berat untuk anak seusiamu,” jawab bapak Tono.
“Tapi Tono pengen tau Pak,” tanya Tono kembali.
“Yaudah begini saja, bapak coba jelaskan sedikit dengan bahasa yang mudah dimengerti,” jawab si bapak sambil mengusap-mengusap rambut Tono
“Nah, gitu dong Pak” tutur Tono sambil tersenyum.
“Bapak kan kepala keluarga yang tugasnya mencari nafkah, misalkan bapak ini kapitalisme. Kalau ibumu itu mengatur keuangan untuk keluarga, diibaratkan ibumu itu pemerintah. Kapitalisme dan pemerintah, jadi bapak dan ibumu tugasnya memenuhi kebutuhanmu sebagai anak dan bapak mengibaratkan kamu ini rakyat. Nah, Bi Inem pembantu kita, bapak umpamakan sebagai buruh dan adikmu yang masih kecil itu bapak anggap masa depan. Jadi kalau diibaratkan politik seperti itu. Sekarang coba kamu pikirkan sendiri, coba hubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari biar Tono bisa tahu apa itu politik."
"Ok deh Pak, makasih."
Saat tengah malam, Tono mendengar adiknya menangis. Ia langsung terbangun lalu pergi ke kamar adiknya, ternyata adiknya ngompol. Tono kemudian pergi ke kamar orangtuanya, tetapi ia hanya melihat ibunya yang sedang tidur nyenyak. Karena tak ingin mengganggu ibunya, ia lalu pergi ke kamar pembantunya.
Sesampainya di depan kamar pembantu, ternyata kamar tersebut terkunci. Tidak kehabisan akal, Tono pun mengintip melalui lubang kunci. Betapa kagetnya saat ia melihat ayahnya sedang tidur dengan pembantunya. Akhirnya Tono pun mengganti popok adiknya meski dengan susah payah. Setelah itu Tono pergi ke kamarnya dan melanjutkan tidurnya.
Keesokan harinya...
"Pak, Tono sudah paham apa itu politik!"
"Pinter, akhirnya kamu tahu apa itu politik, padahal bapak baru kasih tahu sedikit aja. Sekarang coba jelaskan apa itu politik menurutmu!" tanya bapak Tono
"Ketika kapitalisme menekan dan mengintimidasi buruh, pemerintah hanya tertidur tak bisa berbuat apa-apa, sementara rakyat pun hanya bisa menjadi penonton dan bingung memikirkan masa depan. Maaf Pak, Tono menjelaskannya pakai bahasa politik, karena nggak mau pemerintah kecewa dengan keberadaan kapitalisme di rumah ini," cakap Tono sambil berjalan meninggalkan bapaknya.
Betapa kagetnya ayah Tono mendengarkan perkataan anaknya. Akhirnya kapitalisme runtuh seketika.
[caption caption="sumber gambar dari www.madiunpos.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H