Organisasi pemuda ini berbasis di Jwa Tengah, dengan Semarang sebagai pusatny. Ketuanya adalah Ibnu Parna, adik dari Krissubanu, tokoh PRI Surabaya. AMRI kelak akan bereperan besar dalam "Peristiwa Lima Hari Di Semarang, anatara pemuda Semarang dan pasukan Jepang (15- 19 Oktober 1945), setelah peristiwa itu AMRI kembali berkembang menjadi organisasi yng cukup besar pada masa itu.
Sementara itu, pada 1 September 1945 di Jakarta berdiri Angkatan Pemuda Indonesia (API), kelompok ini didominasi para pemuda dari Asrama Menteng 31, seperti Chaerul Shaleh, Wikana, Darwis, A.M Hanafi, dan D.N Aidit.Â
API sendiri bertujuan mengkordinir kelompok kelompok pemuda di Ibukota. Selain API adapula Barisan Rakyat (BARA), yang dipimpin oleh Maruto Nitimihardjo, Sjamsudin Tjan, Sidik Kertapati, dan M.H Lukman. Kelompok ini terbentuk tak lama setelah API dan memiliki tugas untuk memobilisasi penduduk dalam rangka merebut kekuasaan dari pasukan Jepang di Jakarta.Â
Dalam waktu singkat, Api dapat mengkonsolidasi kelompok pemuda di Jakarta dalam satu wadah yang terstruktur. Pemuda di Jakarta bergerak menguasai objek objek yang vital, seperti sistem transportasi umum pada 4 September 1945 dan Radio Djakarta pada 11 September.Â
Aksi aksi pemuda ibukota berujung pada penyelenggaraan rapat akbar di lapangan Ikada pada 19 September 1945. Rapat ini dihadiri kurang lebih oleh 200.000 orang. Meski hanya diadakan di Jakarta, rapat ini menandai awal dari sebuah integrasi nasional yang menyeluruh.Â
Sumber bacaan: Norman Joshua Soelias: "PESINDO: PEMUDA SOSIALIS INDONESIA 1945-1950", marjin kiri, 2016Â
Rise of History
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H