Hai, apa kabar pemburu senja...
Aku yakin kau sedang berbahagia. Berikan aku sedikit saja jeda untuk bercerita.
Kau pernah merasakan sebab kau rindu lantas kau bawa ke mana-mana sendumu?
Benar aku sedang merindu, merindu kehadiranmu duduk di sampingku yang bersendukul pada senja tahun lalu. Memang pernah kukunci mulutku, namun biarkan kata-kata yang hendak mencuat ini kau tampung dalam kesahajaanmu jika Tuhan beri satu lagi waktu.
Namun kau harus tahu, kubuang senduku. Sebab yang tertinggal hanya bahagia, karenamu. Karenamu... kutahu jelaga mana yang coba kau bersihkan kendati kuragu.
Sekarang dengarkan doaku untukmu, agar bahagia ini juga kau rasakan bersama rindu yang kutitipkan padamu. Biar Rabu tuliskan waktu tentang angan-angan yang coba kulagukan bersama syair kesukaanmu. Seperti Rabu yang lalu milikmu dan milikku. Kemudian biarkan kenangan menuliskan ceritaku yang berhasil melepaskan bayanganmu.
Kurasakan dentuman keras di dadaku ini. Kuyakin kali ini tak salah lagi. Aku menemukannya, menemukan rasa. Terimakasih ya, mengajarkanku bagaimana tandanya.
Anjani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H