Aku tidak menghitung hari kekasih
sebab aku takut rinduku tak tersampai
rindu yang bergelantung di pundakku
ketika kau bersandar tanpa ragu-ragu
ketika gemuruh dalam dadaku menyatu dengan lenganmu
yang nyata dalam dekapku
aroma tembakau yang berkali dibuat muak aku
nyatanya tetap kumau kau
membebaniku dengan ketidakpastian
menjeratku dalam penantian jawaban
akan kebenaran hatiku memilihmu
atau hanya rinduku yang tertutup harapan-harapan besarku
yang menggunung tiap kau tebar senyum madu
menghentakkan tawaku tiap kau balutku dengan lelucon candu
pada fajar dan doa yang menggelenyar
pada siang dan peluh tawa yang merubuhkan tiang-tiang
pada sore dan senja yang membidik cerita-cerita kita
pada dini hari yang membuatku menggigil geli
mencumbu lentik dalam kedipmu
dalam bibirmu
dalam bayangmu
ya bayanganmu saja yang kusua
sebab tak kutemui kau lagi pada malam-malam berikutnya
dan aku terlanjur rela
melepas pegangan yang kuatnya sudah mereda
meninggalkan buncahan rasa mendamba
meninggalkan cinta pada barisan doa-doa
Yogyakarta, 26 Februari 2014
Anjani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H