Mohon tunggu...
Anjali Nurizki Putri
Anjali Nurizki Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Stay a mistery, it's better.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Film: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

12 Maret 2021   00:53 Diperbarui: 12 Maret 2021   01:27 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NKCTHI mengisahkan soal keluarga Narendra (Donny Damara). Istrinya, Ajeng (Susan Bachtiar) memiliki tiga anak yang sudah beranjak remaja. Mereka adalah Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara Aisha) dan Awan (Rachel Amanda). Mereka adalah keluarga yang dipandang sangat harmonis, jauh dari masalah, punya relasi baik antara orang tua-anak dan sesama saudara, namun ternyata, ada duka dan luka di balik itu semua. 

Mereka hidup normal, dan anak-anak Narendra juga tumbuh menjadi sosok remaja sebagaimana mestinya. Tapi, perlakuan Narendra kepada ketiga anaknya berbeda. Narendra selalu mengatakan kepada Angkasa kalau kedua adiknya adalah tanggung jawabnya. Bagaimana pun, Angkasa harus menjaga sang adik supaya adiknya tetap aman dan tidak sedih. Aurora si anak tengah, sering kali terabaikan sebab Narendra sangat berfokus pada Awan, pusat dunia keluarga mereka. Awan si bungsu yang selalu dibantu dan bahkan nyaris apa yang ia lakukan harus diputuskan bersama tanpa bisa memutuskan sendiri apa yang diinginkannya.

Di balik semua perlakukan Narendra kepada tiga anaknya, Narendra menyimpan rahasia besar yang ia tutup rapat-rapat. Karena baginya, keluarganya harus tetap bahagia. Selama lebih dari dua puluh tahun, pasangan Narendra dan Ajeng, serta putra sulung mereka Angkasa (Rio Dewanto), menyembunyikan rasa berkabung atas kematian kembaran si putri bungsu Awan saat bayi. Daripada menceritakannya kepada anggota keluarga lain dan mencoba menerimanya dengan damai, Narendra memilih menyegel cerita duka itu. Di matanya, kesedihan atas kematian bayinya dulu adalah kesedihan terakhir yang boleh muncul dalam keluarganya.

Narendra memilih jalan tersebut karena ia tidak mau keluarganya bersedih akan hal itu.  Menyembunyikannya dari kedua anak perempuannya dan menyimpan lukanya bersama istri dan anak sulungnya Angkasa. Mereka tidak boleh membicarakan atau mengungkit hal tersebut. Sikap protektif Narendra kepada Awan bersumber dari trauma kehilangan anaknya. Film ini menyampaikan, duka itu tidak melulu diluapkan dalam air mata. Ia bisa tumpah dalam kemarahan, sikap protektif berlebih, kecemasan, kepanikan, sikap penyalahan, dan banyak hal lainnya. 

Ajeng selama ini selalu menutupi kesedihannya padahal ia selalu menangis setiap malam. Dalam psikologi Ajeng mengalami Smiling depression. Smiling depresion sendiri sebenarnya belum masuk sebagai kategori gangguan mental tapi lebih ke istilah populer. Namun, smiling depression juga dikaitkan dengan depresi mayor dengan fitur atipikal. Smiling depression digunakan ketika menggambarkan keadaan seseorang yang tetap tersenyum dan terlihat bahagia tapi di lain sisi dia sedang mengalami depresi atau false smile. Menutupi keadaannya dengan senyum dan terlihat bahagia merupakah langkah denial (penolakan) dan merasa bahwa tidak ada apa-apa dengan dirinya. 

Anak sulung, Angkasa dituntut untuk menjaga kedua adiknya. Dia berusaha memastikan keluarganya baik-baik aja, padahal dirinya sendiri sedang terlilit masalah. Aurora sang anak tengah memiliki perasaan yang diabaikan, menurut pakar psikologi, hal ini bisa berujung pada rasa tertekan dan bukan mustahil membuat kita gagal berfungsi dengan baik dalam keseharian. Ada relasi juga yang dipertaruhkan akibat pemendaman emosi. Ia rindu mendapat perhatian dari ayahnya yang tersedot ke Awan begitu adiknya itu lahir. Saat kecil ia bercerita kepada ayahnya soal pencapaiannya dalam kegiatan renang, tapi respons sang ayah lebih berfokus pada Awan. Beranjak dewasa, sikap abai dari ayahnya lebih Aurora rasakan. Pengabaian ini membuat hubungan ayah-anak itu merenggang. Aurora jadi lebih banyak diam, menyendiri dan larut dengan karya-karya seninya di studio, enggan diajak hang out dengan saudaranya yang lain.  Sedangkan Awan sebagai anak terakhir justru tidak suka dengan perhatian yang berlebih. Dia frustrasi karena seolah tidak bisa menentukan hidupnya sendiri. 

Secara umum, kebahagiaan sering dinilai sebagai hal utama yang patut orang-orang kejar. Sementara, perasaan lain dinilai buruk, dan hal ini menjadi akar sikap positif beracun (toxic positivity) Padahal, emosi tidak senantiasa mesti positif atau melulu bahagia. Perasaan bukan sesuatu yang bisa diubah dengan mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun