Dalam peningkatan kerjasama Selatan-Selatan, Maroko, negara yang sedang naik daun di Timur Tengah dan Afrika Utara, lebih fokus kepada Indonesia, rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia dan Asia Tenggara.
"Maroko ingin berhubungan lebih dekat dengan Indonesia dan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)," ungkap Duta Besar Maroko untuk Indonesia dan ASEAN Ouadia Benabdellah beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan dua arah antara Maroko dan Indonesia mencapai 58 juta dolar Amerika di tahun 2016.
Kedua negara tersebut adalah negara-negara demokratis dengan mayoritas penduduk Muslim dan memiliki banyak kesamaan nilai-nilai politik, budaya, dan sosial.
Menurut Duta Besar Benabdellah, perusahaan-perusahaan Indonesia membangun pusat-pusat produksi mereka di Maroko dan dari sana mereka dapat mengekspor ke berbagai negara Eropa dan Afrika. Dengan perkiraan PDB sebesar 105 milyar dolar Amerika dan populasi sejumlah 35 juta orang, Maroko adalah negara yang paling menarik di wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) bagi investor-investor asing.
"Maroko adalah gerbang ke Eropa dan Afrika. Kami menyambut investor-investor dari seluruh dunia," ujar Duta Besar Benabdellah beberapa waktu lalu.
Berkat kedekatan geografisnya, Maroko menandatangani perjanjian status lanjutan dengan Uni Eropa di tahun 2008 dan sebuah Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Amerika Serikat di tahun 2006.
Raja Maroko Mohammed VI sangat tertarik untuk terlibat dengan wilayah ASEAN yang dinamis.
Tahun lalu, Maroko menandatangani kesepakatan penting, yaitu Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (TAC -- Treaty of Amity and Cooperation) ASEAN. Maroko dan Mesir adalah dua negara dari Afrika yang pertama menandatangani TAC.
"Kemitraan ini akan mendorong pertukaran dan kerjasama dalam pembangunan dan manajemen sumber air dengan saling berbagi keahlian teknis yang tersedia dan pembelajaran dari pengalaman kedua belah pihak. Beberapa kepentingan bersama kedua pihak berkisar dari energi hingga agrikultur dan ketahanan pangan hingga kualitas air," ujar MRC dalam sebuah siaran pers.