Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bentrokan di Perbatasan Pakistan dengan Afghanistan Terus Berlanjut

6 Oktober 2024   15:59 Diperbarui: 6 Oktober 2024   16:03 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Afghanistan dan Pakistan. | Sumber: en.webangah.ir

Desakan Pakistan bahwa tidak ada pihak yang dapat secara sepihak membangun pos-pos terdepan baru berdasarkan kesepakatan bersama adalah argumen yang mudah yang mengabaikan konteks yang lebih luas dari sengketa perbatasan. Garis Durand, yang ingin ditegakkan Pakistan sebagai perbatasan internasional, tidak pernah diterima oleh Afghanistan. Upaya Pakistan untuk memaksakan batas ini secara sepihak melalui pagar dan kehadiran militer merupakan akar dari konflik yang sedang berlangsung. Pemerintahan Taliban di Kabul, pada bagiannya, telah mengambil sikap tegas terhadap perambahan Pakistan. Pemerintah setempat di provinsi Khost telah menginstruksikan personel keamanan perbatasan untuk mencegah masuknya orang yang tidak sah dan dengan cepat menanggapi setiap pelanggaran kedaulatan Afghanistan. Posisi tegas ini mencerminkan meningkatnya ketegasan dari pemerintah Taliban, yang semakin bersedia untuk menantang klaim teritorial Pakistan dan tindakan militer di sepanjang perbatasan.

Orang Taliban melihat di perbatasan dengan Pakistan. | Sumber: ariananews.af
Orang Taliban melihat di perbatasan dengan Pakistan. | Sumber: ariananews.af

Masyarakat internasional sebagian besar tetap bungkam mengenai konflik perbatasan ini, mungkin melihatnya sebagai bab lain dalam kisah panjang ketegangan Afghanistan-Pakistan. Namun, sikap apatis ini mengabaikan potensi konflik lokal tersebut untuk meningkat menjadi ketidakstabilan regional yang lebih luas. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa, meskipun mengakui keberadaan kelompok militan di Afghanistan, telah gagal dalam mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah mendasar yang memicu sengketa perbatasan ini. Klaim Pakistan tentang korban dalam menghadapi terorisme lintas batas sangat kontras dengan tindakannya sendiri.

Sejarah panjang negara tersebut dalam mendukung kelompok-kelompok ekstremis, termasuk faksi-faksi Taliban, telah berkontribusi secara signifikan terhadap ketidakstabilan di kawasan tersebut. Pendekatan selektif Pakistan untuk memerangi terorisme, menargetkan beberapa kelompok sementara diduga membina yang lain, telah mengikis kredibilitasnya di panggung internasional.

Bentrokan perbatasan saat ini juga mengungkap keterbatasan strategi Pakistan di Afghanistan. Setelah lama berupaya memengaruhi urusan Afghanistan melalui campuran manuver diplomatik dan dukungan terselubung untuk faksi-faksi tertentu, Pakistan kini berselisih dengan pemerintah Taliban yang semakin tegas dan tidak mau tunduk pada tekanan eksternal. 

Sementara konflik terus memanas, dampak kemanusiaan pada masyarakat lokal tidak dapat diabaikan. Penduduk di kedua sisi perbatasan, banyak di antaranya memiliki ikatan etnis dan keluarga, terperangkap dalam baku tembak pertikaian geopolitik ini. Pengungsian warga sipil dan terganggunya kehidupan sehari-hari menjadi pengingat nyata akan biaya manusia dari sengketa perbatasan yang tampaknya abstrak ini.

Langkah ke depan memerlukan penilaian ulang yang mendasar atas hubungan Afghanistan-Pakistan. Perbatasan kolonial yang sudah ketinggalan zaman dan penegakan Garis Durand yang kaku telah terbukti menjadi sumber konflik yang terus-menerus, bukan stabilitas. Pendekatan yang lebih fleksibel terhadap pengelolaan perbatasan, yang memperhitungkan realitas etnis dan sosial yang kompleks di wilayah tersebut, sangat dibutuhkan. 

Pakistan, khususnya, harus mempertimbangkan kembali pendekatannya yang keras terhadap masalah perbatasan. Penggunaan kekuatan militer dan tindakan sepihak seperti pemagaran hanya akan mengasingkan otoritas Afghanistan dan penduduk setempat. Pendekatan yang lebih konstruktif akan melibatkan dialog yang tulus dan kemauan untuk mengatasi masalah yang sah dari semua pihak yang terlibat.

Bagi Afghanistan, tantangannya terletak pada upaya menyeimbangkan penegasan kedaulatannya dengan kebutuhan akan stabilitas regional. Pemerintah Taliban, meskipun dibenarkan dalam melindungi wilayah Afghanistan, juga harus berupaya mengatasi kekhawatiran internasional tentang kelompok militan yang beroperasi dari wilayah Afghanistan. 

Bentrokan perbatasan baru-baru ini antara Afghanistan dan Pakistan lebih dari sekadar insiden yang terisolasi; hal itu merupakan gejala dari masalah yang lebih dalam dan belum terselesaikan yang terus mengganggu wilayah tersebut. Prospek perdamaian abadi di sepanjang perbatasan tetap sulit dipahami hingga kedua negara bersedia terlibat dalam dialog yang jujur dan melangkah maju melampaui batas-batas era kolonial yang telah lama tidak relevan lagi.

Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun