"Meskipun ada tindakan pencegahan seperti mengumpulkan paspor, mendapatkan pernyataan tertulis, menugaskan awak kabin yang berusia di atas 50 tahun pada penerbangan Kanada, maskapai ini gagal menghindari insiden semacam itu," kata Khaleej Times.
Faktor utama yang melatarbelakangi hilangnya awak pesawat tersebut diperkirakan adalah gaji yang rendah dan kekhawatiran mengenai privatisasi yang akan dilakukan maskapai tersebut, serta kebijakan suaka Kanada yang relatif liberal.
PIA berada di ambang kehancuran finansial, yang mendorong pemerintah Pakistan untuk memulai rencana privatisasi dan melakukan outsourcing operasional bandara. Para karyawannya mengkhawatirkan pekerjaan dan pensiun mereka, sehingga mereka berencana untuk menolaknya.
Pemerintah mengatakan mereka tidak dapat mensubsidi entitas yang terlilit utang dan merugi.
Di akhir tahun 2018, maskapai ini dibebani utang sebesar AS$3,3 miliar, naik dari $2,97 miliar pada tahun sebelumnya, sehingga memerlukan dana talangan dari pemerintah untuk melanjutkan operasionalnya.
Juru bicara PIA Abdullah Hafeez Khan mengatakan kepada situs berita DW bahwa maskapai tersebut termasuk dalam daftar privatisasi aktif dan menambahkan bahwa maskapai tersebut dapat diprivatisasi dengan cepat. Diakui Khan, maskapai nasional ini telah mengalami kerugian miliaran rupee.
PIA mengoperasikan armada berjumlah 32 pesawat. Maskapai ini mengoperasikan hampir 50 penerbangan setiap hari, melayani 20 tujuan domestik dan 27 tujuan internasional di Asia, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Utara. Saat ini memiliki karyawannya sejumlah 11.000 orang.Â
Rubina Khan, seorang karyawan yang pensiun dari PIA tahun lalu, mengatakan kepada DW bahwa ia khawatir dana pensiunnya akan dihentikan dan iuran pekerja lain yang mungkin di-PHK juga tidak dibayarkan.
Karyawan pensiunan lainnya, Jawaid Akhtar, mengatakan kepada DW bahwa jutaan orang di Pakistan sudah menganggur dan privatisasi PIA akan menyebabkan lebih banyak pengangguran.
"Tentu saja para pekerja sangat khawatir tentang masa depan mereka dan bertanya-tanya bagaimana mereka bisa memberi makan keluarga mereka tanpa pekerjaan di tengah kesulitan ekonomi yang parah," lapor DW yang mengutip perkataan Akhtar.
Komisi privatisasi melakukan pra-kualifikasi terhadap enam konsorsium untuk mengikuti tender pada bulan Juni dan berharap untuk dapat menyelesaikan proses privatisasi PIA di bulan Agustus.