Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pakistan Mengirim Kembali Pengungsi Ilegal Afganisthan sehingga Hubungan Memburuk

12 November 2023   17:50 Diperbarui: 12 November 2023   19:24 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Langkah ini kontraproduktif dan hanya akan menciptakan lebih banyak masalah dibandingkan penyelesaian masalah yang sudah ada," jelas Basit.

Eksodus pengungsi Afghanistan dari Pakistan merupakan salah satu migrasi terbesar dalam sejarah. Banyak dari mereka belum pernah ke Afghanistan selama lebih dari 30 tahun.

"Pertanyaan yang perlu dijawab adalah, apakah upaya drastis yang dilakukan Pakistan ini akan membantu untuk meringankan krisis ekonomi dan masalah keamanannya, atau akankah upaya ini berbanding lurus dengan deportasi lebih lanjut atas hubungannya dengan Taliban sekaligus mendorong Taliban lebih dekat ke India, yang Pakistan anggap sebagai musuh bebuyutannya?" kata situs berita daring The Eurasian Times belakangan ini.

Paus Fransiskus telah menyatakan keprihatinannya atas penderitaan para pengungsi Afghanistan.

"Pengungsi Afghanistan yang mencari perlindungan di Pakistan tetapi sekarang tidak tahu lagi ke mana harus pergi," kutip kantor berita Associated Press dari pernyataan Paus Fransiskus.

Afghanistan menghadapi banyak tantangan. Pemerintahannya yang dipimpin Taliban tidak diakui oleh komunitas internasional. Saat ini juga sedang menghadapi kekeringan parah. Ada begitu banyak kekhawatiran mengenai kembalinya para pengungsi Afghanistan dari Pakistan karena pemerintah Taliban tidak mampu untuk menampung para pengungsi tersebut.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun