Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bangladesh dan India Merayakan Hari Kemenangan dengan Gembira

16 Desember 2022   09:22 Diperbarui: 17 Desember 2022   06:41 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Nasional Bangladesh atau National Martyrs' Memorial di dekat kota Dhaka. | Sumber: nationaltoday.com

Oleh Veeramalla Anjaiah

Hari ini, pada tanggal 16 Desember, baik Bangladesh maupun sahabat dekatnya India merayakan Bijoy Dibos atau Hari Kemenangan Bangladesh dengan suka cita. Hari itu memperingati kemenangan pasukan Bangladesh dan India atas pasukan Pakistan dalam Perang Pembebasan Bangladesh pada tahun 1971.

Kelahiran Bangladesh datang dengan pengorbanan ekstrem dari 3 juta orang Bengali. Rezim militer Pakistan yang brutal, yang diwakili oleh Jenderal Tikka Khan di Pakistan Timur, yang memiliki julukan "Penjagal Benggala", membantai hingga 3 juta orang hanya dalam sembilan bulan pada tahun 1971. Antara 200.000 hingga 400.000 wanita Bengali diperkosa oleh tentara Pakistan dan milisi pro-militer pada waktu itu. Lebih dari 10 juta orang menjadi pengungsi di India.

Ribuan desa dibakar, rumah dijarah, ratusan ribu orang disiksa dan dibunuh secara brutal. Dengan kata sederhana, itu adalah neraka di bumi.

Itu adalah genosida yang dilakukan oleh pemerintah Pakistan dan militernya terhadap rakyatnya sendiri dan sesama Muslim.

Latar belakang

Semuanya dimulai dengan kemerdekaan India dari penjajahan Inggris, pada tahun 1947, yang menciptakan dominasi Pakistan berdasarkan agama. Ini berarti Pakistan sekarang memiliki dua wilayah terpisah di kedua sisi India --- Pakistan Barat dan Pakistan Timur --- yang menyebabkan gesekan antara kedua wilayah tersebut.

Rakyat Pakistan Timur, di bawah kepemimpinan besar Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman, dengan gagah berani berperang melawan rezim penindas Pakistan.

Orang Bengali menuntut bahasa Bangla harus dinyatakan sebagai bahasa resmi bersama dengan bahasa Urdu, bahasa nasional Pakistan. Terjadi kerusuhan besar-besaran di seluruh Pakistan Timur karena masalah bahasa. Ada juga alasan lain untuk pemberontakan tersebut.

"Penolakan untuk menerima Bengali sebagai bahasa negara Pakistan pada tahun-tahun awal setelah Pemisahan, kesenjangan ekonomi antara dua bagian, hegemoni elit penguasa Pakistan Barat atas Pakistan, darurat militer dan sikap merendahkan budaya dan populasi Bengali memperburuk hubungan antara dua bagian," tulis Anam Zakaria, seorang penulis, baru-baru ini di situs Al Jazeera.

Ada diskriminasi yang sangat besar terhadap orang Bengali dalam administrasi, militer dan bahkan dalam alokasi anggaran.

Dalam pemilihan nasional tahun 1970, Liga Awami dari Pakistan Timur memenangkan mayoritas di parlemen tetapi elit yang berkuasa, terutama rezim militer Pakistan dan Zulfikar Ali Bhutto serta Partai Rakyat Pakistan menolak untuk menyerahkan kekuasaan kepada Bangabandhu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun