Oleh Veeramalla Anjaiah
Invasi Rusia ke Ukraina datang pada saat terburuk bagi banyak negara miskin dan berkembang, yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi COVID-19.
Sekarang banyak negara menghadapi kenaikan harga pangan, kenaikan harga energi atau kondisi keuangan yang lebih ketat akibat hutang yang besar.
Saat menjadi pembicara pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Pengendalian Internal Pemerintah tahun 2022 pada tanggal 14 Juni lalu, Presiden Indonesia Joko "Jokowi" Widodo mengatakan bahwa sekitar 60 negara mungkin runtuh secara ekonomi tahun ini. Sudah ada 40 negara yang menunjukkan sinyal jelas penurunan drastis pertumbuhan mereka.
"Yang 40 itu perkiraannya pasti. Ini ketidakpastian yang saya sebutkan tadi dan kita semua harus tahu, semua orang pasti punya rasa krisis," kata Jokowi.
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), sebuah badan PBB, baru-baru ini juga mengatakan bahwa 69 negara miskin, termasuk 25 dari Asia, di dunia akan dilanda krisis ekonomi yang parah di tahun ini. Mereka mungkin tidak dapat membayar utang tepat waktu, karena mereka tidak memiliki uang yang tersisa untuk membayar impor barang-barang penting seperti makanan, energi dan obat-obatan.
Sri Lanka adalah domino pertama yang jatuh di Asia. Pakistan akan segera menjadi Sri Lanka lainnya. Bagaimana dengan Asia Tenggara?
Laos atau Republik Demokratis Rakyat Laos (Lao PDR) kini menghadapi situasi serupa seperti di Sri Lanka dan Pakistan.
Apa persamaan ketiga negara ini?
Mereka adalah teman dekat China dan meminjam banyak uang dengan suku bunga yang tinggi dari ekonomi terbesar kedua di dunia. Mereka meminjam sebagian besar uang untuk pembangunan beberapa proyek infrastruktur yang secara ekonomi tidak berkelanjutan.