Oleh Veeramalla Anjaiah
Lima puluh tahun yang lalu, tepatnya pada hari ini tanggal 16 Desember, sebuah negara baru muncul di Asia. Seperti di Indonesia, mayoritas penduduk di negara yang baru lahir itu beragama Islam. Negara tersebut tidak lain adalah Bangladesh, yang merupakan bagian dari Pakistan sebelum kelahirannya.
Kelahiran Bangladesh datang dengan pengorbanan tertinggi dari 3 juta orang Bengali. Rezim militer Pakistan yang brutal, diwakili oleh Jenderal Tikka Khan di Pakistan Timur, yang memiliki julukan "Jagal dari Benggala", membantai hingga 3 juta orang hanya dalam sembilan bulan pada tahun 1971. Antara 200,000 hingga 400,000 wanita Bengali diperkosa oleh tentara Pakistan dan milisi pro-militer pada waktu itu. Lebih dari 10 juta orang menjadi pengungsi.
Ribuan desa dibakar, rumah dijarah, ratusan ribu orang disiksa dan dibunuh secara brutal. Dengan kata sederhana, itu adalah neraka di bumi.
Ini adalah sebuah genosida yang dilakukan oleh pemerintah Pakistan dan militernya terhadap rakyatnya sendiri dan sesama Muslim.
Rakyat Pakistan Timur, di bawah kepemimpinan besar Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman, secara heroik berperang melawan rezim yang menindas. Tetangganya, India, datang untuk menyelamatkan Bengali, dengan menyediakan perlindungan bagi jutaan pengungsi, senjata dan pelatihan untuk pejuang kemerdekaan.Â
Akhirnya, mereka mulai berperang dari tanggal 3-16 Desember dengan Pakistan setelah Angkatan Udara Pakistan melancarkan serangan pendahuluan di 11 lapangan udara India.
Tentara India dan gerilyawan Mukti Bahini, sebuah gerakan perlawanan bersenjata yang terdiri dari tentara Bengali yang membelot, polisi dan warga sipil, bertempur bahu-membahu melawan tentara Pakistan yang kejam dan milisi agama.