Oleh Veeramalla Anjaiah
Pada 21 September lalu, Presiden China Xi Jinping menyampaikan pidato penting di Majelis Umum PBB (UNGA) ke-75. Pidatonya dipuji sebagai pidato terbaik oleh media China dan pejuang serigala (diplomat China).
"China adalah negara berkembang terbesar di dunia, negara yang berkomitmen untuk pembangunan yang damai, terbuka, kooperatif dan bersama," kata Xi di UNGA.
"Kami tidak akan pernah mencari hegemoni, ekspansi atau lingkup pengaruh. Kami tidak memiliki niat untuk melawan Perang Dingin atau perang panas dengan negara mana pun. Kami akan terus mengurangi perbedaan dan menyelesaikan perselisihan dengan orang lain melalui dialog dan negosiasi."
Xi lebih lanjut menyatakan bahwa China akan terus bekerja sebagai pembangun perdamaian global.
"Mari kita bergandengan tangan untuk menegakkan nilai-nilai perdamaian, pembangunan, kesetaraan, keadilan, demokrasi dan kebebasan yang dimiliki bersama oleh kita semua dan membangun jenis hubungan internasional baru dan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia," ujar Xi.
Rupanya, Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) telah melupakan atau mengabaikan kata-kata Xi di UNGA. Atau Xi sendiri telah melupakan pidatonya sendiri? Xi adalah panglima PLA, yang setia kepada Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa tetapi tidak kepada negara China. Dapat dicatat di sini bahwa Xi adalah Sekretaris Jenderal PKC.
Tindakan PLA baru-baru ini terhadap Taiwan cukup mengejutkan.
Apa yang telah dilakukan oleh PLA?
Bertepatan dengan Hari Nasional China atau HUT berdirinya Republik Rakyat China (RRC) ke-72 pada tanggal 1 Oktober (Jumat) lalu, PLA menerbangkan 38 pesawat tempur ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan, terutama daerah antara Taiwan dan Kepulauan Pratas yang dikuasai oleh Taiwan. ADIZ merupakan zona penyangga bukan wilayah udara nasional.