Oleh Veeramalla Anjaiah
Pernahkah Anda mendengar tentang Sahrawi Arab Democratic Republic (SADR)? Ini adalah negara yang memproklamirkan diri di Afrika Utara. Negara tersebut diproklamasikan oleh Front Polisario atau Frente Polisario, sebuah kelompok separatis bersenjata yang berbasis di Aljazair, pada tanggal 27 Februari 1976 dengan bantuan Aljazair.
Faktanya, 80 persen Sahara Barat, yang disebut sebagai Sahara Maroko, berada di bawah kendali penuh Maroko sejak tahun 1976, ketika regime kolonial Spanyol meninggalkan wilayah itu. Saat ini 90 persen dari seluruh orang Sahrawi tinggal di Sahara Maroko.
Dengan tidak adanya tanah berpenduduk dan tanpa populasi, SADR yang berbasis di Aljazair anehnya diterima sebagai negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OPA) dan kemudian Uni Afrika (UA).
Banyak negara Afrika menjadi korban propaganda palsu baik Polisario maupun tuannya Aljazair bahwa pemberontak Polisario adalah pahlawan independen pada tahun 1970-an dan 1980-an. Polisario mengklaim bahwa Maroko adalah pasukan yang menduduki Sahara Barat.
Maroko mengklaim seluruh Sahara Barat karena itu adalah bagian dari kerajaan Maroko sebelum Spanyol datang. Banyak pemimpin suku Sahrawi yang menjadi subyek raja Maroko selama berabad-abad.
Dengan bantuan Aljazair, SADR mendapat pengakuan dari hampir 84 negara, sebagian besar negara Afrika dan negara komunis pada awalnya. Tetapi kemudian banyak negara menyadari bahwa SADR tidak mengontrol Sahara Barat maupun orang Sahrawi. Mereka menyadari bahwa Polisario berbohong. Sahara Barat tidak diragukan lagi dikuasai oleh Maroko. Banyak dari negara-negara ini menarik pengakuan mereka atas SADR atau membekukan hubungan mereka dengan kelompok pemberontak Polisario. Saat ini kurang dari 35 negara yang mengakui SADR sebagai negara berdaulat.
Polisario dan tuannya Aljazair telah menghadapi masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir. Mereka telah menerima pukulan bertubi-tubi di banyak bidang.
Polisario telah kehilangan popularitas, simpati dan dukungannya di dunia internasional maupun di kalangan orang Sahrawi. Aljazair merasa sangat sulit mengumpulkan dukungan untuk Polisario di arena internasional.
Aljazair, negara Afrika Utara yang kaya akan minyak, berada dalam kondisi yang buruk karena telah mengalami begitu banyak krisis mulai dari gerakan protes sosial Hirak pada tahun 2019, krisis ekonomi terparah akibat penurunan tajam harga energi global dan krisis kesehatan yang parah akibat pandemi COVID- 19.