Ketika perang terbaru antara Azerbaijan yang mayoritas Muslim dan Armenia yang mayoritas Kristen atas wilayah Nagorno Karabakh memasuki minggu kedua, korban sipil dan militer telah meningkat tajam.
Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional, saat ini berada di bawah pendudukan ilegal Armenia.
Media internasional memperkirakan korban militer dari kedua belah pihak berjumlah ribuan. Yang mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah korban sipil. Armenia melancarkan serangan dengan mortir, artileri, roket dan rudal ke banyak kota besar dan kecil di Azerbaijan.
Pada hari Senin, militer Armenia melancarkan serangan rudal ke kota industri Mingachevir di Azerbaijan.
"Teror negara Armenia terhadap warga sipil Azerbaijan terus berlanjut. Beberapa menit yang lalu Angkatan bersenjata Armenia melancarkan serangan rudal terhadap kota industri #Mingachevir di Azerbaijan. Mingachevir menjadi tempat penampungan air dan pembangkit listrik utama. Ekspresi putus asa yang biadab," Kepala Departemen Urusan Kebijakan Luar Negeri Azerbaijan dari Administrasi Kepresidenan, tulis Hikmat Hajiyev di akun Twitter-nya pada hari Senin.
Di hari Minggu, Armenia juga melancarkan serangan serupa di kota terbesar kedua di Azerbaijan, Ganja. Ratusan rumah, termasuk sekolah, rumah sakit, hancur dan warga sipil lah yang paling menderita. Seorang warga sipil tewas empat lainnya terluka dalam serangan Ganja, sehingga korban tewas warga sipil menjadi 24 jiwa.
Banyak negara, termasuk Indonesia dan Turki, telah menyatakan keprihatinan serius atas perang yang sedang berlangsung antar dua negara Kaukasus Selatan ini.
"Pemerintah Indonesia mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri, melakukan gencatan senjata, kembali berdialog, dan menyelesaikan permasalahan mereka dengan damai, sesuai dengan hukum internasional dan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan," tulis Kementerian Luar Negeri Indonesia di Twitter pada hari Kamis.
Turki, sekutu strategis, telah mengumumkan dukungan moral dan politik penuhnya kepada Azerbaijan dalam masalah Nagorno-Karabakh. Â
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan empat resolusi, yang menyerukan penarikan segera semua pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan di Nagorno-Karabakh. Lebih dari dua dekade telah berlalu, Armenia tidak pernah melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB).Â
Arogansi Armenia ini adalah penyebab utama perang saat ini. Dengan memulai perang, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan saat ini ingin mengalihkan perhatian rakyat Armenia dari kegagalannya dalam bidang ekonomi dan sosial. Ia memprovokasi kemarahan Azerbaijan dan sekarang negaranya menderita banyak akibat serangan balasan dari Azerbaijan.
Keinginan Pashinyan untuk berperang telah menciptakan neraka bagi orang-orang Armenia karena negara tersebut sedang dilanda pandemi COVID-19 dengan 52,496 kasus COVID-19 dan 977 kematian pada hari Minggu. Ia membawa Armenia ke ambang kehancuran. Â Â
Pada saat runtuhnya Uni Soviet, Armenia melancarkan serangan terhadap Azerbaijan pada tahun 1988 untuk menduduki Nagorno-Karabakh. Dengan bantuan militer mantan Uni Soviet, Armenia merebut Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik yang berdekatan di Azerbaijan.Â