Dia kagum pada teori yang diterapkan Nambora, yang mencapai kemenangan besar dalam pembentukan diplomasi Kamboja modern dalam pengaturan geopolitik yang kaku.
Buku baru ini akan berguna bagi banyak orang.
"Buku ini akan sangat berguna bagi para diplomat profesional, ahli, akademisi dan mahasiswa," kata Nambora kepada penulis di Jakarta baru-baru ini.Â
Buku Nambora yang memukau menggambarkan gambaran lengkapnya --- mulai dari kelahiran, pertumbuhan, dan kedewasaan sebagai seorang diplomat, serta pekerjaan konvensional maupun nonkonvensionalnya.Â
"Setiap halamannya menjelaskan dengan sangat baik bagaimana diplomasi kontemporer telah berkontribusi terhadap perdamaian, kemitraan strategis yang komprehensif di antara negara-negara, dan perkembangan diplomasi dunia atas dasar keuntungan politik dan ekonomi," katanya.Â
"Jika Anda ingin membangun perdamaian di bumi sebagai diplomat asing atau pemimpin dunia, mari kita mengejar impian Anda dengan mengartikan esensi diplomasi modern dan perdamaian di Down-to-Earth: Tact and Diplomacy, An Untold Story," tulis Nambora dalam bukunya.Â
Buku ini dibagi menjadi 11 bab, yaitu Bab 1 Sketsa Biografis: Kelahiran Angkorian; Bab 2 Anatomi "Taktik Down-to-Earthdan Diplomasi: Cara Tidak Konvensional"; Bab 3 Tahun-Tahun Temaram di Australia; Bab 4 Menjembatani Kesenjangan Diplomatik di Eropa: Praktik-Praktik Terbaik; Bab 5 Afrika yang Bersatu dan Kuat: Misi Kamboja; Bab 6 Membangun Perdamaian: Hati dan Jiwa dari Taktik dan Diplomasi "Down-to-Earth"; Bab 7 Indonesia: Terbelah antara dua kekuatan Jalan Pancasila; Bab 8 Lintasan ASEAN, Bergerak Maju atau Berjauhan: Tantangan tonggak-tonggak penting; Bab 9 Refleksi Pribadi tentang Politik, Diplomasi, Teologi, dan Kehidupan; Bab 10 Dasar Down-to-Earth: Diplomasi Pembangunan; dan Bab 11 Kesimpulan.Â
Meskipun ia menghabiskan hanya 14 bulan di Jakarta, namun Nambora telah memperoleh pengetahuan yang luas tentang Indonesia, orang-orangnya, budaya dan ideologi negara Pancasila. Dia mendedikasikan Bab 7 terutama untuk Indonesia dan ideologi Pancasilanya (lima prinsip ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).Â
"Saya jatuh cinta dengan keindahan, budaya, dan orang-orang Indonesia yang sangat toleran. Saya juga terkesan dengan ideologi Pancasila Indonesia," kata Nambora.Â
Kebijaksanaan dan diplomasi datang secara alami bagi Nambora, karena ia dilahirkan dalam keluarga diplomat. Ayahnya, Hor Nambong, adalah menteri luar negeri Kamboja dari tahun 1998 hingga 2016.Â
Nambora adalah seorang diplomat mahir yang telah menguasai semua trik dalam seni diplomasi. Setelah lulus dari Universitas Ekonomi Budapest, Hongaria, pada akhir 1980-an, ia bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada tahun 1988. Selama tiga dekade pelayanan diplomatiknya yang sukses, diplomat riang itu bekerja sebagai duta besar di tiga benua berbeda --- Australia dan Selandia Baru dari 1999 hingga 2004, Inggris dan Irlandia dari 2004 hingga 2013, Etiopia dan Uni Afrika dari tahun 2011 hingga 2013, Swiss dari 2016 hingga 2017 --- dan telah memperkaya hubungan Kamboja dengan negara-negara ini.Â