Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Duta Besar Kamboja: Saya Jatuh Cinta dengan Keindahan, Budaya, dan Orang-orang RI

3 Desember 2018   19:57 Diperbarui: 4 Desember 2018   12:52 1297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Veeramalla Anjaiah *

 Adolf Hitler pernah mengatakan bahwa "ketika diplomasi berakhir, perang dimulai" dan sudah menjadi tugas utama bagi para diplomat dari Kamboja, sebuah negara kecil di Asia Tenggara dengan hanya 16,33 juta orang yang dikelilingi oleh negara-negara tetangganya yang jauh lebih besar, untuk memastikan diplomasi tidak pernah berakhir dan perang tidak pernah kembali ke negaranya.

Orang-orang Khmer yang baik telah banyak menderita dan untuk waktu yang lama dari perang berdarah yang disebabkan oleh konflik dan kepentingan kekuasaan besar serta kekejaman brutal rezim Khmer Merah (1975-1979), tidak seperti masa kejayaan Kerajaan Khmer yang menguasai Kamboja dari abad kesembilan hingga abad ke-15.

Selama tiga dekade terakhir, orang-orang Kamboja telah menikmati kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama sejak Perjanjian Perdamaian Paris 1991 yang bersejarah ditandatangani dan Samdech Hun Sen menjadi perdana menteri di tahun 1985.

 Jadi strategi apa yang diperlukan bagi Kamboja untuk mengarungi perairan yang kotor ini? Taktik dan diplomasi yang down-to-earth menurut Nambora Hor, contoh diplomat Kamboja yang cerdas, dalam bukunya yang akan datang berjudul Down-to-Earth: Tact and Diplomacy, An Untold Story.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi (kanan) bersalaman dengan Duta Besar Kamboja untuk Indonesia Nambora Hor di Jakarta baru-baru ini. | Courtesy of Kedutaan Besar Kamboja Jakarta
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi (kanan) bersalaman dengan Duta Besar Kamboja untuk Indonesia Nambora Hor di Jakarta baru-baru ini. | Courtesy of Kedutaan Besar Kamboja Jakarta
Nambora saat ini adalah seorang Duta Besar Kamboja untuk Indonesia dan bukunya adalah yang pertama dari jenisnya yang ditulis oleh seorang diplomat Kamboja, yang dengan terampil dalam menyusun teori dengan cara yang down-to-earth.

Bukunya, menurut Nambora, akan diterbitkan pada Desember 2018 dan Januari 2019 akan diluncurkan di Phnom Penh dan Jakarta. 

Bahkan sebelum diterbitkan, buku ini telah menerima dukungan kuat dari diplomat Indonesia yang terkenal, pemikir dan mantan menteri luar negeri RM Marty Natalegawa. 

"Sebuah akun pribadi yang menarik dan refleksi dari karya diplomat yang kompleks dan beragam. Bacaan yang penting," kata Marty. 

Dengan pandangan serupa, profesor Universitas Connecticut dan mantan diplomat PBB Benny Widyono menggambarkan Nambora sebagai jenis diplomat berbeda yang telah mencapai banyak hal di tiga benua Australia, Eropa dan Afrika. 

Benny, yang bekerja sebagai wakil Sekretaris Jendral PBB dari 1994-1997 di Kamboja, menulis kata pengantar pada bukunya bahwa diplomasi "down-to-earth" Nambora adalah hasil dari pengalamannya dalam menggunakan metode non-konvensional untuk memberikan hasil yang diharapkan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun