Veeramalla AnjaiahAnggota komunitas Azerbaijan di Indonesia pada hari Jumat (20 Januari) memperingati tragedi yang terjadi 27 tahun lalu di Azerbaijan, sebuah negara kecil yang kaya akan minyak di Kaukasus Selatan. Tragedi ini dikenal sebagai “Black January”.
Dua puluh tujuh tahun lalu, persis pada malam 20 Januari, 1990, 26,000 pasukan Soviet lewat darat, laut dan udara menyerang Baku, ibu kota Azerbaijan, dan membunuh lebih dari seratus orang tanpa ampun. Pasukan Soviet mendorong Baku dalam keadaan darurat.
Banyak ahli memandang “Black January” (Januari Kelam) sebagai kesalahan terbesar dari pemimpin Uni Soviet pada saat itu Mikhail Gorbachev.
Tragedi ini mempercepat hancurnya Uni Sovet dan di sisi lain menginspirasi pejuang kemerdekaan Azerbaijan, negara yang mayoritas pendudukny orang Muslim, untuk meningkatkan perjuangan mereka untuk kemerdekaan.
Menurut laporan investigasi resmi Kantor Jaksa Agung Azerbaijan, invasi tersebut membunuh 132 orang, melukai 612 orang dan menyebabkan 841 orang ditangkap dengan ilegal.
Ratusan bangunan hancur, menyebabkan negara dan warganya menderita di tengah kerusakan materi yang besar. Azerbaijan merupakan bagian dari Uni Soviet hingga 1991, saat Azerbaijan memisahkan diri dan mendeklarasikan kemerdekaannya.
Pimpinan-pimpinan di Moskow membenarkan invasi mereka dengan alasan kepentingan evakuasi warga Armenia yang tinggal di Baku. Ini adalah sebuah kebohongan besar.
Setelah pembubaran otoritas sipil, Kantor Komandan Militer Soviet bersama jaksa militer Uni Soviet, tidak menginvestigasi “pembantaian” tersebut karena tidak adanya dasar fakta.
Dalih itu hanya digunakan untuk membenarkan invasi di Baku, tujuan sebenarnya adalah penekanan pergerakan nasional untuk kemerdekaan dan protes damai terhadap tindakan-tindakan agresif dari republic tetangga, Armenia, yang kala itu sedang mengajukan klaimnya terhadap Azerbaijan.
“Pernyataan keadaan darurat di Baku dan pengerahan pasukan di kota adalah kesalahan terbesar selama karir politik saya,” aku mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev dalam pernyataannya di Istanbul pada tanggal 27 April 1995.
Sebelum invasi ini, ada niatan yang kuat antara warga Azerbaijan untuk memperjuangkan kemerdekaannya dari Uni Soviet, yang menduduki Azerbaijan sajak tahun 1920. Warga Azerbaijan merobohkan pagar-pagar perbatasan dengan Iran karena pagar-pagar tersebut memisahkan mereka dari etnis masyarakat Azerbaijan yang lebih besar di Iran. Front Populer Azerbaijan, sebuah organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan, merebut banyak kantor kepemerintahan di Baku dan daerah-daerah lainnya.