Film "A Man Called Ahok" sedang ramai dibicarakan oleh khalayak ramai. Dalam kurun waktu kurang lebih 10 hari di layar bioskop seluruh Indonesia, film yang dibintangi oleh VJ Daniel Mananta tersebut sudah menembus angka 1 juta lebih penonton.
Selain memang menceritakan sosok fenomenal, sang mantan gubernur DKI, yaitu Ahok sendiri, film ini menceritakan bagaimana seorang Ahok muda dididik dan menjalani masa kecil bersama keluarganya di Belitung sana.Â
Kala menonton film tersebut, dimulai dengan 'bayang-bayang suara' beberapa tahun lalu, yaitu suara seseorang yang begitu menentramkan hati dan jiwa para pecinta Ahok. Kemudian masuk ke dalam cerita di mana Ahok kecil bertumbuh di daerah asalnya yang serba sederhana dan bisa dibilang berkekurangan, sampai pada akhirnya beliau merantau, mencari ilmu bisnis di Jakarta, dan kemudian kembali ke Belitung.
(Karena masih tayang di bioskop, akan lebih baik jika para pembaca menyaksikan sendiri filmnya.)
Banyak hal, kesan, opini, pendapat serta pesan yang dapat diambil dari film ini. Namun singkat cerita, pesan dari film tersebut menurut penulis secara pribadi adalah mengenai sosial, bagaimana ditengah kondisi pribadi yang begitu kesusahan sekali pun, kita sebagai manusia 'dituntut' untuk membantu sesama kita yang membutuhkan dan memerlukan pertolongan serta uluran tangan. Ayah Ahok, serta Ahok, dalam film tersebut memberi contoh mengasihi sesama yang layak kita teladani.Â
Pantas saja Ahok seperti itu. Kala menjadi anggota DPRD, bupati Belitung Timur, anggota DPR RI, Wakil Gubernur DKI, hingga puncak karier politiknya sebagai Gubernur DKI pengganti Presiden Jokowi, sifat Ahok cenderung tidak berubah. Anti korupsi! transparan! Melayani dengan totalitas dan tanpa pandang bulu.
Jelas terbukti dimana beliau membantu rakyat kecil dan kekurangan untuk memiliki tempat tinggal yang layak, dan sebaliknya para pengusaha 'nakal' akan dicekal olehnya. Bayangkan, setiap pagi, Ahok akan menyediakan waktunya untuk menerima langsung aspirasi, serta opini dari rakyat, dan langsung membereskannya di tempat. Setiap opini, masukan, keluhan langsung masuk ke telinga seorang Ahok di tiap paginya.Â
Ingat-ingat juga bagaimana dirinya dan juga bersama Presiden Jokowi (Kala itu masih menjadi gubernur DKI) memiliki jurus dan rumus jitu mengatasi banjir DKI yang menjadi momok menakutkan warga ibukota tiap kali hujan besar datang. Semua beliau lakukan semata-mata demi rakyat yang dipimpinnya.Â
Pantas saja Ahok seperti itu. Ya, bekerja untuk rakyat, bukan untuk uang. Bukan mencari popularitas, tetapi melayani rakyat, bahkan bangsa dan negaranya. Didikan ayahnya yang tegas dan disiplin, namun disisi lain mencintai dan mengasihi sesama itulah mungkin yang menjadi pegangan serta prinsip seorang Ahok.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H