Finally! It’s been years since my last concert report.
Offcourse, back then in 2010, I was a journalist. So reporting a concert is like an appetizer on my everyday meal. The Black Eyed Peas, Muse, Good Charlotte, Hoobastank, John Legend, Jamie Cullum, Westlife, and even Bjork! You name it, I’ve been there and wrote all about their concert.
Ah, tetapi itu dulu.
Semenjak menjadi guru, saya hanya pergi ke konser kalau benar-benar ingin, kantong mencukupi, dan waktu luang terbentang. Sisanya, saya harus puas membayangkan segala gegap gempitanya lewat berita atau kanal youtube.
Namun bukan berarti antusiasme saya terhadap konser dan segala suasana yang tercipta olehnya mati begitu saja. Malah lewat kacamata guru, saya bisa melihat sebuah konser dari sudut pandang yang sama sekali berbeda.
Oh, saya tetap menjadi yang terdepan, meneriakkan nama sang performer, dan bergoyang mengikuti irama walau hujan badai datang menerjang. Hanya saja, konser besar sekelas garapan promotor Java Musikindo atau Dyandra Production yang biasa saya nikmati, kini berganti menjadi pentas seni buah karya dan kerja keras anak-anak didik saya sendiri. FORTALS, Festival of Arts of Global Prestasi School.
Tahun ini FORTALS hadir di pertengahan September, tepatnya tanggal 17 lalu. Ajang tahunan kebanggaan SMA Global Prestasi ini menghadirkan empat bintang tamu sebagai daya pikat: Barasuara, Payung Teduh – yang dua ini saya tak begitufamiliarkarena terlalu kekinian, serta Ran dan Naif – yang tentu saja lagu-lagunya sudah melekat di kepala saya semenjak lama.
Yah, memang banyak yang bisa dilaporkan soal penampilan empat bintang tamu ini. Seperti misalnya Barasuara yang ternyata musiknya keren dan saya-benar-benar kagum karena lirik mereka menggunakan bahasa Indonesia yang menjunjung tinggi sastra dan EYD. Coba simak hits mereka, Bahas Bahasa. Berlabuh lelahku di kelambu jiwamu...Cantik sekali! Maklum, saya tumbuh remaja di era 1990an di mana sisa-sisa masa kejayaan musisi masih mengedepankan kekuatan lirik dan melodi. Tak sekedar komersial dan mengikuti arus.
Atau, Naif! Band yang telah malang melintang di pentas musik selama lebih dari dua puluh tahun ini masih saja greget dan total penampilannya. Sepertinya mereka tak peduli apakah mereka tampil di pentas seni anak sekolahan atau konser besar dengan ribuan penonton, yang jelas musikalitas mereka tetap dahsyat.
Malam itu memang Naif yang mencuri perhatian. Jam terbang David Bayu cs yang tinggi menjadikan mereka tak sekedar menyajikan musik yang ciamik, melainkan juga aksi panggung yang interaktif. David bahkan sempat-sempatnya mengambil selfie menggunakan kamera ponsel penonton yang berdiri tepat di depan panggung.
Nuansa nostalgia juga hadir saat Naif tampil. Kebanyakan guru dan orang tua yang hadir malam itu tumbuh saat Naif sedang merintis karier sebagai band papan atas. Saya sendiri sudah kenal musik Naif sejak masih duduk di bangku SMP. Sekira dua puluh tahun yang lalu! Maka saya pun langsung melonjak kegirangan saat Naif membuka aksi mereka lewat lagu Piknik. Dan berteriak histeris saat Mobil Balap dilantunkan sebagai tembang pamungkas.