Komisaris Utama PT Pertamina, Tanri Abeng memiliki pengalaman menarik saat dipanggil oleh Mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto pada Januari 1998. Kala itu, alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin (Unhas) ini tidak pernah menyangka akan dipanggil oleh orang yang paling berkuasa di masa orde baru tersebut.[caption caption="Tanri Abeng saat membawakan kuliah umum di Unhas, Senin (24/8/2015)"](Tanri Abeng saat membawakan kuliah umum di Unhas dalam Penyambutan Mahasiswa Baru PPs Unhas, Senin (24/8/2015)
Tanri Abeng mengisahkan, saat dipanggil oleh Soeharto, Indonesia baru saja menandatangani nota kesepakatan bersama pimpinan IMF untuk menyelamatkan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk dengan pelemahan nilai rupiah dari sekitar Rp 2000 menjadi sekitar Rp 10.000 ribu pada 13 Januari 1998.
Dengan adanya nota kesepakatan tersebut, IMF memberika stand by loan untuk Indonesia senilai USD 42 miliar untuk Indonesia agar bisa keluar dari kesulitan keuangan.
Tanri pun mengungkapkan, pada saat keluar dari ruangan penandatangan nota tersebut, Soeharto menyampaikan kepada publik jangan takut dengan utang, kita punya banyak BUMN.Sayangnya, kata dia Pak Harto tidak melanjutkan kalimatnya, apa hubungannya utang dengan banyaknya BUMN.
"Tiga hari pasca peristiwa tersebut, saya dapat panggilan untuk bertemu Pak Harto. Bayangkan, saat itu saya sebagai presiden direktur di Bakrie dipanggil orang yang paling berkuasa di negeri ini,"kata Tanri Abeng saat memberikan kuliah umum di acara Penyambutan Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Unhas, Senin (24/8/2015).
Tanri Abeng pun "curhat" kepada Sekretaris Negara, Moediono kala itu, bagaimana ia harus bersikap saat berhadapan dengan Pak Harto. Kepada Tanri Abeng, Moerdiono mengatakan, Pak Harto adalah sosok yang menyenangkan saat berbincang dengannya.
Tapi, kala Pak Harto mengatakan "Silahkan minum teh", itulah akhir dari pertemuan seseorang dengan Pak Harto. Mendengar hal tersebut pun, Tanri Abeng menyiapkan diri bertemu dengan Pak Harto.
Ia pun datang menemui Pak Harto seorang diri. Pada pertemuan pertamanya tersebut, Tanri Abeng melihat wajah Pak Harto yang penuh senyum dan terlihat kalem seperti tidak sedang terbebani dengan kondisi Indonesia saat itu. Awal percakapannya pun, Tanri Abeng tidak menyangka Pak Harto mengetahui banyak tentang dirinya.
"Saat itu Pak Harto mengatakan, saya baru saja menandatangani utang, saya tidak mau berutang terus, saya mau bayar utang itu. Tapi, harus bisa saya bayar dari BUMN milik Indonesia yang banyak,"kata Tanri Abeng mengutip perkataan Pak Harto kala itu.
Pada saat itu, kata Tanri Abeng, Indonesia memiliki sekitar 158 BUMN. Namun, Pak Harto menginginkan nilai BUMN menjadi tinggi, sehingga pada saat sebagian dijual dapat melunasi utang Indonesia kepada IMF. Pak Harto menilai sosok Tanri Abeng memiliki kapasitas untuk membangun nilai jual BUMN milik Indonesia.
"Saya pun menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Tapi, saya meminta bantuan untuk mempelajari BUMN. Saya pun minum teh dan pulang,"tambahnya.