Mohon tunggu...
Anitasari
Anitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang bibliophile yang menemukan kedamaian dalam dunia literatur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Seni di Sekolah Dasar, Kunci Keseimbangan Belajar Antara Otak Kiri dan Kanan

15 Oktober 2024   17:22 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anitasari (Mahasiswa) & Dr. Eka Titi Andaryani, S.Pd., M.Pd., Dr (Dosen Pengampu) 

Pendidikan seni di tingkat sekolah dasar saat ini semakin mendapat perhatian, terutama dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka yang menetapkan seni sebagai mata pelajaran wajib dari jenjang SD hingga SMA/SMK.  

Inklusi seni sebagai mata pelajaran wajib mulai tingkat SD hingga SMA/SMK menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya keseimbangan antara pengembangan kemampuan kognitif dan kreativitas dalam proses belajar. Pendidikan seni tidak lagi dipandang sebagai kegiatan pembantu, melainkan kegiatan utama dalam membangun kesatuan individu secara intelektual dan emosional.

Mengapa Pendidikan Seni Penting?

Seni memainkan peran penting dalam membentuk otak kanan yang bertanggung jawab atas kreativitas, imajinasi, dan intuisi. Di sisi lain, otak kiri cenderung fokus pada logika, analisis, dan bahasa. 

Keseimbangan antara kedua belahan otak inilah yang diharapkan dapat dicapai melalui Kurikulum Merdeka. Seni memberikan ruang bagi anak-anak untuk berpikir di luar batasan konvensional, menciptakan gagasan baru, serta mengekspresikan emosi dan ide dengan cara yang unik.

Dalam proses kesenian ini, anak-anak belajar memecahkan masalah melalui bunyi dalam musik, gerak dalam tari, dan warna dalam seni rupa. Proses ini menuntut mereka menggunakan kemampuan kritis dan logika sekaligus kreativitas. 

Di sinilah letak pentingnya seni: ia membantu menciptakan keseimbangan antara kemampuan kognitif dan kreatif, yang pada akhirnya dapat membentuk generasi yang berpikir fleksibel, inovatif, dan adaptif terhadap tantangan dunia modern.

Seni dan Kognisi: Hubungan yang Erat

Masyarakat pada umumnya, terutama orang tua, masih sering memosisikan pendidikan seni sebagai mata pelajaran sekunder dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya yang dianggap lebih "akademis" seperti matematika, sains, atau bahasa. 

Orang tua lebih fokus kepada kemampuan kognitif yang sempit terbatas pada kemampuan berhitung dan membaca dengan tidak menyadari bahwa seni adalah alat penting dalam mengembangkan kemampuan tingkat tinggi dalam cara berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun