Aku terheran-heran ketika membuka halaman pencarian instagram yang diwarnai dengan wajah yang tidak kukenal. Terpampang tulisan besar dalam kotak kecil dengan huruf kapital VIRAL. Karena penasaran, maka kubukalah postingan yang disajikan. Awalnya, kulihat dengan sekedar tapi sayang, aku belum dapat menangkap dengan jelas siapa yang sebenarnya terpampang. Tanda tanya pun datang. Mengapa orang ini bisa viral? Siapakah gerangan? Apa yang mereka kerjakan? Ah, mungkin karena aku tidak begitu up to date dengan lini masa kekinian, wajar saja kalau ketinggalan.
Dengan segenap rasa penasaran, aku pun tenggelam dalam riset yang cukup mendalam. Akun demi akun, satu persatu aku telusuri. Lalu, kucoba memahami fenomena apa yang sebenarnya terjadi selain pandemi. Namun semakin digali, anehnya semakin sulit untuk dimengerti. Dahiku pun mengernyit, telingaku bergoyang, hingga urat di kepalaku turut bermunculan. Rasanya kian tegang, bak sedang membaca soal ujian yang berulang karena tak paham.
Ada beberapa sosok yang kuperhatikan. Pertama, wanita yang terlihat berusia matang. Mungkin sekitar tiga puluhan. Dari hasil pengamatan, rupanya Ia asyik dengan kegiatan memamerkan. Nada bicaranya tinggi, intonasinya pun berlari. Walau tak jelas apa yang sedang diteriakkan, suaranya begitu menggemparkan. Sampai-sampai, telingaku bergemang karena kelelahan mendengar.
Selain itu, adapula sosok pria yang terlihat lebih tua. Apa yang sebenarnya terjadi pada orang ini? Raut wajahnya terlihat keras. Apakah Ia salah satu demonstran yang tertangkap dalam kumpulan CCTV buatan Narasi? Biar tidak salah, aku coba menjelajah. Sama halnya dengan penyisiran figur sebelumnya, apa yang disajikan sosok ini juga tidak bisa kupahami secara instan. Tutur katanya lebih tidak bisa kucerna. Gaya bicaranya seperti orang melantur. Tapi, mungkin nalarku saja yang lambat sehingga sulit untuk menyerap apalagi masuk ke dalam otak.
Aku pun semakin penasaran dibuatnya. Lantas, kubacalah komentar para pengguna agar bisa menelaah capaiannya. Namun begitu mengejutkan, karena isinya penuh makian. Walau ada yang membela, sambaran yang kontra rupanya lebih murka. Pikiranku berpacu dalam friksi yang terjadi.Â
Meski terjadi pergolakan dalam hati, rupanya sensasi seperti ini yang dilirik program panduan beberapa selebriti. Entah menjadi bintang tamu di akun pribadi atau bahkan TV. Hingga akhirnya beragam produk kecantikan, ketampanan, kemapanan, dan segala macam turut kepincut untuk menjadikannya model yang ideal. Sampai tiba pada suatu kesimpulan bahwa sosok inilah yang ternyata dibutuhkan sebagai media promosi. Maka tak ayal, wujudnya kian berkembang.
Waduh tak terbayang, bagaimana nasib penjaga gawang instagram apabila harus memasukkan makna komentar sebagai salah satu acuan penghitungan? Aku berharap, mereka punya terobosan dan tidak kewalahan sehingga orang seperti aku tidak lagi kebingungan dengan orang-orang viral yang berseliweran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H