Realita terus beradu dengan dunia maya. Secara faktual, tidak segelintir manusia yang masih berjuang mencari sesuap nasi. Bukan, bukan untuk esok hari tapi untuk detik ini. Sementara di dunia fantasi, tak terhitung jumlah orang yang sibuk mempercakap diri atau sekedar menunjukkan gambar tubuhnya yang "jadi".Â
Tentu tidak ada yang salah dengan segala peristiwa yang menyita ini. Yang keliru itu kalau kita iri, dengki, lalu jadi bahan omongan tanpa esensi. Kesenjangan yang terjadi antara maya dan realita semakin tajam kala dilihat dengan "sebelah mata" plus kebenaran pikiran kita semata.
Bicara soal peristiwa di dunia maya terkadang menjadi beban yang berat bagi sebagian orang. Misalnya kebencian yang timbul akibat tidak difollow kembali atau akunnya disembunyi begitupun sebaliknya. Permusuhan yang sebenarnya tidak perlu, seringkali terjadi.Â
Padahal kenal dekat juga tidak, apalagi bersua, dan bisa saja kita memang tidak mau tahu urusan hidup mereka. Bukan karena alasan tertentu. Ya karena tidak mau tahu saja dan sesungguhnya, ini biasa saja.
Dari berbagai pengalaman, cerita teman, dan melihat hasil pencarian acak dari postingan orang tak dikenal, kira-kira hal itulah yang seringkali menjadi pemicu energi negatif berpacu hingga akhirnya merusak hari dan bikin rugi diri sendiri lalu terpelatuk dalam batin "Sial, nyesel gw follow duluan! Masa dia ga folback sampe sekarang, belagu amat!"
Folback (follow back) menjadi harapan banyak orang ketika mengikuti media sosial seseorang. Alasannya tentu beragam. Ada yang sekedar berharap gayung bersambut, adapula yang bangga karena diikuti orang ternama.Â
Sebenarnya kalau mau berpikir mendalam, kasus perpecahan berdasar angan-angan ini terbilang unik. Masa dalam mengikuti urusan hidup orang lain harus ada timbal balik? Tentu saja hak setiap orang untuk memilih siapa saja yang diinginkan hadir dalam halaman media sosialnya.Â
Hal yang wajar apabila ada orang yang merasa risih apabila postingan mereka itu menimbulkan gangguan jiwa yang mempengaruhi emosi, perilaku, dan pola pikirnya. Contohnya, ada orang yang senang memposting wajah seutuhnya dan ternyata unggahan tersebut mengganggu pikiran orang yang melihat meski di lain sisi, sebenarnya tidak ada yang salah juga dengan mereka yang hobi memposting demikian.
Agar tidak serba salah, untuk mencegah gangguan yang berpotensi menjadi penyakit hati, silahkan saja unfollow orang tersebut atau untuk mencari aman karena merasa tidak enakan maka penyedia media sosial sudah menyediakan fitur tertentu untuk menghindari segala keresahan para pelaku jagat maya dengan cara tetap berteman tapi menyembunyikan postingan.
Namun secanggih-canggih kancut bekas diumpat, ada saja yang mencium baunya. Dalam sebuah pergaulan, laporan dari berbagai sudut datang bak agen rahasia. Satu persatu muncul dan mungkin saja memicu pergolakan hati. Apalagi selentingan kabar diaduk dengan bumbu instan, sedap terdengar sampai-sampai lidah pun terus bergoyang hingga terungkap kata "ya ampun, tega banget! Ih kok dia gitu ya, emang dia siapa? Sombong!"
Lagi-lagi, kalau mau berkontemplasi, sesungguhnya tidak ada yang salah dengan mereka yang menyembunyikan postingan kita. Mana tahu mereka merasa terganggu dengan postingan kita hingga tersulut emosinya, mungkin pula mereka tidak mau tau urusan kehidupan kita, atau bisa saja saking candunya mengikuti lika-liku hidup kita, terkuraslah isi kantongnya karena kuota tandas dengan beringas dan lain sebagainya.