Bagi pelajar, jalan-jalan tentu menjadi penghilang bosan terutama kala ujian selesai. Walau kondisi uang pas-pasan, tetap saja bagi kita yang suka berpetualang, keinginan berjalan tak bisa dihadang. Nah untuk mengatasinya, kita bisa mencari tumpangan. Walau tak ada sanak saudara di rantau, ternyata orang asing atau yang baru kita kenal, bisa jadi baiknya lebih dari mereka. Tak sekedar memberikan tempat teduh, banyak juga di antara mereka yang menawarkan makanan di rumahnya. hmmm lumayan kan. bahkan lebih baik dari rumah makan bundo kanduang bukan? Karena tidak perlu bayar setelah makan heheeheee..
Oke, balik lagi ngobrol soal tumpangan. Sebelum pandemi, saat liburan sendiri atau bareng teman, tidak jarang saya menggunakan jasa couchsurfing yakni sebuah aplikasi yang menawarkan beragam fitur seperti tinggal bersama orang lokal, jalan bareng dengan para pelancong atau sekedar ngopi darat bersama anggota couchsurfing lainnya. Aplikasi ini bisa menjadi alternatif bagi kamu yang suka bersosialisasi, bosan jalan sendiri dan tentunya sangat menghemat biaya penginapan.
Bagi yang belum pernah mencoba, memang agak sulit untuk mendapatkan host atau tuan rumah agar bisa ditumpangi. Tapi jangan menyerah, pasti ada saja jalannya. Nah, bagi kamu yang baru memulai, monggo cekidot beberapa wejangan berikut ini!
- - Jangan biarkan kolom referensi kosong. Lha wong belum pernah pakai, terus gimana? Memang harus agak cerdik. Jadi, mintalah teman kamu baik dari dalam maupun luar negeri untuk menulis referensi. Mengapa referensi ini sangat perlu? Tentu untuk meyakinkan para host tentang kepribadianmu agar mereka tidak salah menerima tamu. Pasalnya, ada saja cerita host yang kecewa dengan couchsurfer yang pernah menumpang di tempatnya. Entah jorok, mengambil makanan tanpa izin, pergi tidak pamit, dan banyak lainnya.
- - Tulis rencana kemana kamu akan pergi di kolom public trip. Dengan begini, informasi tujuan kita melancong dan keinginan kita untuk mendapatkan tumpangan akan terpampang di dashboard couchsurfer lain yang ada di lokasi tujuan. Jadi, selain menunggu hasil permintaan kita apakah diterima oleh host atau tidak, kita juga bisa menyeleksi para host yang menawarkan diri. Nah kalau kita yang ditawari, harus lebih jeli lagi membaca referensi mereka. Karena mungkin saja ada maksud tersembunyi. Alih-alih mendapat tumpangan, eh malah "ditumpangin". Na'uduzubillah min dzalik (kami berlindung dari perkara itu). Jadi, tetap teliti dan hati-hati. Beruntung, seluruh host yang saya tumpangi berhati mulia semua. Alhamdulillah (segala puji bagi Allah).
- - Tulislah alasan menarik mengapa ikut couchsurfing. Jangan sekedar menulis untuk mendapatkan tumpangan gratis. Tapi, jelaskan juga kira-kira benefit apa yang bisa mereka dapat dengan menerima kamu sebagai tamunya. Selain bertukar pikiran, menambah pengalaman, mengenal orang lokal lebih dekat, bisa juga sampaikan bahwa jika memungkinkan, kamu akan membuat makanan khas daerahmu atau memberikan oleh-oleh yang unik. Bagaimana kalau tidak jago masak? Kalau saya, biasanya membawakan mie instan, teh atau kopi dari Indonesia, dan postcard yang nantinya diisi kesan kita selama tinggal dengan mereka. Kalau tidak bisa juga masak mie instan, monggo lihat tutorialnya di youtube. Bertebaran euy. kalau bingung bagaimana menulis profil yang menarik, bisa juga baca profil para couchsurfer lain. Tinggal klik kota atau negara tujuan, lalu pilih dan baca profil couchsurfer yang banyak referensinya.
- - Usahakan pajang foto bersama teman-teman. Tidak melulu swafoto sehingga terlihat kalau kita memang suka bersosialisasi.
- - Pilihlah host yang sudah banyak referensinya. Biasanya, mereka lebih fleksibel dan mau menerima walau jumlah referensi kita tidak terlalu banyak. Lalu, teliti juga membaca referensinya. Jangan sekedar melihat jumlahnya. Bisa saja, banyak negatifnya. Jadi mesti teliti.
Setelah mencoba hal tersebut, tinggal banyak-banyak berdoa. Apabila dapat, kita harus bisa menempatkan diri. Usahakan proaktif untuk menawarkan bantuan, jangan buang sampah sembarangan. Lebih baik lagi, saat pergi sekalian buang sampah ke tempat pembuangan umum, dan bereskan tempat tidur. Hal-hal kecil seperti itu kadang terlupa dan kalau diabaikan justru menjadi boomerang apalagi jika host menulis kesan buruk di referensi kita. Waduh, pastinya akan lebih sulit kalau ingin menggunakan aplikasi ini kembali.
Di masa pandemi ini, memang agak susah mendapatkan host apabila kita ingin bepergian. Tapi peluangnya tetap ada  karena beberapa negara eropa saat ini melonggarkan pintu wisata. Akibat wabah korona pula, kini perlu merogoh sedikit kocek untuk mengakses aplikasi ini tapi harganya cukup terjangkau, yakni $2,39 atau sekitar Rp.30.000-an per bulan. Tidak perlu berlangganan, bayar saja ketika ingin menggunakan. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kalian yang bercita-cita ke eropa dengan budget seadanya, bisa terwujud. Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H