Pertama kali mengenalmu, Aku tahu kopi adalah kesukaanmu. Kopi memang sedikit pahit tapi mampu memberikan kenyamanan dan kenikmatan bagi yang menyukainya. Kopi tampak mempesona meski warnanya hitam pekat. Tapi, Aku lupa bahwa kopi banyak macamnya. Kamu ternyata tergila-gila dengan cappucino. Cappocino rasa manis tapi sedikit pahit. Ibarat kehidupan, ada manis dan pahitnya.Â
Aku terkaget-kaget kali ini, jika kudapati Kau minum ice milo di sore dengan senja yang membakar langit. Minuman yang sangat kusukai sejak dulu. Aku pemujamu sejak dulu semakin bertanya-tanya. Aku masih mengharapkanmu. Apakah Kau telah mencintaiku. Sebab Kau memilih minuman yang kusukai. Karena pada saat Kau memilih ice milo, Kau tengah memikirkan diriku. Sama halnya seperti diriku yang memikirkan dirimu ketika Aku melihat cappucino. Bukan Aku tidak suka cappucino. Tapi Aku lebih menghindari. Aku takut candu kepadanya.Â
Cappucino ibarat Kamu. Kamu yang telah dimiliki oleh orang lain. Itulah sebabnya AKu tak ingin candu kepadamu. Candu membuatku terluka.Â
Aku sangat senang bila dirimu memilih milo di sore yang sendu ini. Seperti matamu yang memancarkan kesenduan. Kesenduan yang membuat orang-orang merasakan aura kebahagiaan setiap kali menatapmu. Ini mungkin bukan untuk orang lain, ini hanya berlaku kepadaku.Â
Aku merasa sangat senang karena dirimu memilih milo meskipun hanya sekali seumur hidupmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H