Asesmen psikologis merupakan proses penting yang membantu individu memahami dirinya sendiri, mengatasi masalah, dan mencapai keadaan pikiran yang nyaman. Namun, di balik proses ini, ada aspek yang tidak boleh diabaikan yaitu informed consent atau persetujuan yang diberikan dengan pengetahuan penuh atas fakta-fakta yang ada. Informed consent merupakan hak mendasar setiap klien yang harus dihormati oleh psikolog. Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi pentingnya informed consent dalam asesmen psikologis.
Apa sih yang kalian ketahui tentang informed consent ini?
 Informed consent adalah informasi yang diberikan sebelum suatu kegiatan  dilakukan oleh psikolog atau ilmuwan psikologi kepada calon peserta mengenai permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan. klien memerlukan atau wajib memberikan pernyataan persetujuan mengenai prosedur yang akan dilakukan. Informed consent diperlukan karena setiap calon peserta mempunyai hak untuk mengetahui secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin timbul serta manfaat dari tindakan yang akan dilakukan.
 Psikolog dan/atau ilmuwan psikologi harus mendapatkan persetujuan. Informed consent dalam rangka asesmen psikologis berarti memberikan penjelasan yang jelas kepada klien tentang tujuan asesmen, metode yang akan digunakan, dan potensi risiko atau akibat yang mungkin timbul. klien mempunyai hak untuk mengetahui apa yang  mereka hadapi dan memberikan persetujuan.
Berikut adalah beberapa hal yang mejadi poin penting dilakukannya informed consent:
(1). Menghormati Otonomi Klien
Persetujuan yang diinformasikan untuk menghormati otonomi klien. Setiap individu berhak mengontrol informasi pribadinya. Dengan memberikan informed consent, klien mempunyai hak untuk menentukan sejauh mana mereka ingin berpartisipasi dalam proses evaluasi. Menghargai otonomi klien juga berarti memberi mereka kesempatan  untuk bertanya, mempertimbangkan pilihan, dan memberikan persetujuan tanpa tekanan atau paksaan. Ini adalah bagian dari etika profesional dalam praktik psikologi untuk memastikan bahwa klien memiliki kendali atas pengambilan keputusan mengenai perawatan atau penelitian mereka. Dengan menghormati otonomi klien, psikolog dapat membangun hubungan yang terpercaya dan mendukung klien dalam proses perbaikan dan pemulihan mereka.
(2). Mencegah Penyalahgunaan Informasi
Informed consent juga berperan dalam menghindari penyalahgunaan informasi. Dengan pemahaman yang jelas tentang bagaimana informasi akan digunakan, menjelaskan kepada klien bahwa data yang dikumpulkan disimpan dengan aman dan hanya dapat diakses  oleh pihak yang berwenang sehingga klien dapat dengan bebas berbagi lebih banyak tanpa takut informasi disalahgunakan.
(3). Meminimalkan Risiko Hukum dan Etika
Psikolog memiliki tanggung jawab etis dan hukum untuk melindungi hak dan kesejahteraan kliennya. Melalui informed consent yang tepat, risiko pelanggaran etika dan hukum dapat diminimalkan, sehingga menjaga integritas profesi psikologi. Pemahaman dan kesepakatan yang jelas antara klien dan psikolog dapat membantu menciptakan hubungan saling percaya dan etis.
(4). Meningkatkan Kualitas Asesmen
Ketika klien secara sukarela memberikan informed consent, hal itu dapat menciptakan hubungan yang lebih baik antara klien dan psikolog. Dalam lingkungan yang terbuka dan dapat dipercaya, proses evaluasi dapat dilakukan dengan lebih akurat, sehingga meningkatkan kualitas hasil yang diperoleh. Meningkatkan kualitas ulasan memerlukan proses yang cermat dan bijaksana untuk mendapatkan informasi klien yang akurat. Dengan adanya persetujuan klien secara sukarela, maka terciptalah landasan kepercayaan yang kuat antara klien dan psikolog. Dalam lingkungan yang terbuka dan dapat dipercaya ini, pelanggan merasa lebih nyaman  berbagi informasi penting dan relevan.
Keyakinan ini memungkinkan psikolog untuk melakukan penilaian yang lebih akurat karena mereka dapat menggali lebih dalam dan mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai konteks individu. Proses penilaian mendalam ini membantu mendefinisikan masalah dan kebutuhan klien dengan lebih baik, sehingga menghasilkan rekomendasi dan intervensi yang  lebih tepat sasaran. Selain itu, melalui informed consent, klien juga dapat memahami dengan jelas  tujuan dan proses evaluasi, sehingga mereka bisa bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam proses evaluasinya.Â
Partisipasi aktif pelanggan dalam proses evaluasi juga dapat membantu memperoleh informasi yang lebih akurat dan relevan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas penilaian melalui informed consent akan menciptakan landasan yang kokoh untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan antara klien dan psikolog, sekaligus memastikan  hasil yang diperoleh dari proses evaluasi lebih akurat dan bermanfaat bagi klien.
Informed consent bukan hanya sekedar tindakan formal tetapi juga landasan hubungan yang sehat antara klien dan psikolog. Dengan memahami pentingnya informed consent, dapat membuka pintu bagi asesmen psikologis yang  menghormati hak asasi manusia, bermakna, dan etis. Untuk melindungi hak-hak konsumen, semua pihak mempunyai tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa informed consent dihormati  sepenuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H