Mohon tunggu...
Anita Maharani
Anita Maharani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dosen, trainer, mendalami Bisnis Milik Keluarga baik sebagai praktisi maupun akademisi. @anitamaharani

Selanjutnya

Tutup

Money

Nasihat yang Bijak Bukan Orangnya!

4 Maret 2014   22:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terkadang, orang yang memberikan nasihat belum tentu menjalankan yang dinasihatkannya".

Kalimat di atas keluar siang ini dari salah satu kolega yang baru saja memberikan nasihat kepada temannya. Alkisah sebenarnya kolega yang memberikan nasihat tersebut bermaksud baik pada rekannya, karena rekan kerjanya melakukan sesuatu yang menurutnya tidak tepat. Namun, tidak berapa lama setelah keluar kata-kata nasihatnya, kolega tersebut seakan sadar, bahwa memberi nasihat adalah pekerjaan yang mudah namun sulit untuk menjalankan apa yang dinasihatkan.

Kalau diperhatikan, orang yang senang bernasihat tidak selalu "berwujud" orang yang bijak. Disinilah kemudian yang menjadikan kita menjadi tidak yakin terhadap nasihat yang kita dengar, karena kita membandingkan antara yang kita dengar dengan penampilan yang kita lihat. Salahkah? tentu saja tidak dan ini sebenarnya merupakan gejala normal yang dialami oleh seseorang yang tengah mendapatkan nasihat dari orang lain. Meskipun tidak jarang juga kondisi psikis seseorang mempengaruhi penerimaannya terhadap nasihat seseorang.

Perlu kita pahami bersama adanya prinsip "nasihat yang bijak bukan dilihat dari orangnya", melainkan isi dari nasihat dan bagaimana dampak dari nasihat tersebut untuk diri kita seandainya kita resapi. Pilihannya tentu saja ada dua menanggapi sebuah nasihat, didengarkan atau sebaliknya tidak didengarkan. Jika didengarkan, maka nasihat yang terberi dari seseorang akan memberikan manfaat bagi yang mendengarnya dan tentu saja membantu seseorang yang mendengar nasihat untuk memiliki opsi atau pilihan di dalam mengambil sebuah keputusan. Jika tidak didengarkan, maka ibaratnya seperti "mendengar dari telinga kanan keluar ke telinga kiri", tidak ada beban seandainya sebuah nasihat tidak diikuti. Yang terpenting sebenarnya adalah nasihatnya, bukan orangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun