Mohon tunggu...
anita hayatunnufus
anita hayatunnufus Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA UIN MALIKI

BELAJAR ITU WAJIB, JANGAN LUPA IKHLAS :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam"

9 Maret 2020   00:13 Diperbarui: 9 Maret 2020   00:18 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul Buku : Filsafat Ilmu Perspektif Pemikiran Islam
Penulis : Drs. M. Zainuddin, MA
Penerbit : Bayu Media Publishing
Tahun Terbit : 2003
Manusia itu adalah makhluk mukallaf. Maksudnya, manusia adalah makhluq Allah
yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Dan manusia juga diberikan akal oleh Allah,
yang mana dengan akal itu manusia bisa menciptakan kreatif spektakuler. Seperti, sains dan
teknologi. Dan menurut para ahli pikir manusia disebut al-kain al-natiq "makhluk yang
berbicara" dan "makhluk yang memiliki nilai luhur".
Menurut Al-'Aqqad (973:21), manusia lebih tepa dijuluki "makhluk yang berbicara"
daripada sebagai "malaikat yang turunke bumi" atau "binatang yang berevolusi", karena
manusia lebih mulia daripada semua itu. Karena "malaikat yang turun ke bumi" tidak
memiliki tanggung jawab untuk menjadi pembimbing menuju jalan yang baik, demikian pula
"binatang yang berevolusi". Hanya manusia yang diberikan tanggung jawab yang
diamanatkan oleh Allah kepadanya.
Tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa manusia adalah pencipta kedua setelah
Tuhan, karena dengan akal yang diberikan Allah manusia bisa berinovasi secanggih
mungkin. Misalnya sains dan teknologi di zaman sekarang yang sudah sangat membuktikan
betapa canggihnya robot-robot ciptaan manusia, yang bisa menggantikan pekerjaan manusia.
Tetapi manusia juga bisa menjadi dekaden,bahkan lebih hina daripada binatang. Jika manusia
melakukan tindakan yang diluar batas karena melepaskan keimanannya.
Di dalam Alquran dan Hadits telah dijelaskan tuntutan hidup manusia,begitu juga
tentang ilmu pengetahuan, baik itu ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial. Dan
didalam hadits telah nabi sebutkan betapa pentingnya mencari ilmu dan belajar bagi manusia
untuk mengenal lingkungan dan Tuhannya. dan dengan anugerah Tuhan itu (akal)
manusiaakan diangkat derajatnya oleh Allah, tetapi dengan tidak melanggar aturan-aturan
Allah dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa ilmu itu selalu berkembang. Pada abad 18
melahirkan ilmu sosiologi, abad 20 melahirkan ilmu baru polemologi dan akan terus
melairkan ilmu baru.

Namun, bagi seorang muslim, pengetahuan itu bukan tindakan atau pikiran yang
terpencil dan abstrak, melainkan bagian yang paling dasar dari kemajuan dan pandangan
dunianya (world-view). Dan dengan adanya konsep seperti itu, tak terhitung berapa banyak
pemikiran Muslim yang larut dalam upaya mengungkap konsep ini. Hingga mereka
berkepercayaan bahwa ilmu merupakan perwujudan "memahami tanda-tanda kekuasaan
Tuhan".
Pada abad ke-8 hingga abad ke-12 M, umat islam berada di puncak kejayaannya dan
peradaban islam berkembang dengan sangat cepat, hingga menjadi pemimpin dunia karena
pergumulannya dengan ilmu dan filsafat yang sangat mereka tekuni, terutama ilmu-ilmu
murni (natural-sciences). Dan muncul tokoh-tokoh dan ilmuwan yang sangat handal,
misalnya Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Biruni, Al-Ghazali, dst.
Para ilmuwan tersebut oleh Sayyed Hossein Nasr (1970) disebut sebagai ffigur-figur
universal ilmu pengetahuan islam.
Usaha Khalifah Harun al-Rasyid mulai menerjemahkan karya-karya ilmuwan yunani
ke dalam bahasa arab. Yang pertama kali diterjemahkan berkaitan dengan kedokteran dan
filsafat. Pada zaman yunani kuno dari abad ke-6 SM hingga abad pertengahan dianggap cikal
bakal adanyafilsafat hingga sekarang. Dan pada zaman ini juga melahirkan pakar-pakar
filsafat yang sangat berjasa, seperti Thales, Anaximandros, Anaximanes, Pythagoras,
Xenophanes, Hraklistos, dst.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang kebijaksanaan, prinsip-prinsip mencari
kebenaran dengan menggunakan akal (secara logis),dan memperoleh kebenaran. Dan ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan, demikian juga seni dan agama. Dilihat dari pengertian
filsafat, filsafat bisa dikelompokkan kedalam bagian pengetahuan tersebut, karena memang
pada awalnya filsafat identic dengan pengetahuan. Tetapi lama-kelamaan ilmu menemukan
kekhasannya sendiri dan kemudian memisah dengan filsafat. Pada masa renaissance dan
aufklarung ilmu telah memperoleh kemandirinnya. Dan pada saat itu manusia merasa bebas
dan tidak terikat dengan agama, tradisi, maupun system sosial.
Dalam objek kajian filsafat ada beberapa pembahasan yaitu, ontology, epistemology,
dan aksiology. Ontology menjelaskan tentang pertanyaan apa. Ia merupakan asas dalam
menetapkan btas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelahaan serta penafsiran
tentang hakikat realitas (metafisika) (jujun, 1986, :2). Jika muncul tentang "apakah yang ada itu?" (what is being?), bagaimanakah yang ada itu (how is being?), dan dimanakah yang ada
itu? (where is being?) maka itu adalah pertanyaan-pertanyaan ontologis dalam aliran-aliran
filsafat.
Epistemlogi, menjelaskan pertanyaan bagaimana. Pembahasan dalam epistemology
ialah asal muasal, metode dan sahnyailmu pengetahuan. Secara garis besar terdapat dua aliran
pokok dalam epistemology, yaitu rasionalisme dan empirisme, dan kemudian bermunculan
isme-isme lainnya seperti, kritisisme, fenomenalisme, intuisionisme, positivism, dst.
Aksiologi, menjelaskan tentang pertanyaan untuk apa. Iamerupakan ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai pada umumnyadan ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Pertanyaan mengenai aksiologi menurut Kattsoff dapat dijawab melalui 3 cara: pertama, nilai
sepenuhnya berhakikat subjektif. Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau
dari segi ontologis namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Ketiga, nilai-nilai
merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan, yang demikian ini disebut
objektivisme metafisik.
Kemudian penjelasan tentang merespon sains modern, ilmuwan perspektif yang
berbeda-beda: pertama, kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat universal
dan netral dan semua sains tersebut dapat diketemukan dalam Al-Qur'an. Kedua, kelompok
yang berusaha memunculkan persemakmuran sains di negara-negara islam. Ketiga, kelompok
yang ingin membangun paradigm baru (epistemologi islam), yaitu paradigm pengetahuan dan
paradigm perilaku. Kemudian setelah seminar internasional pendidikan islam di Makkah
1997, pemikiran islam ada dua puluh yang diklarifikasikan dalam dua kategori:
Ilmu abadi (perennial knowledge) berdasar pada alquran dan hadirs. Ilmu yang dicari
(inquired knowledge) membahas sains dan teknologi yang dapat berkembang secara kualitif.
Menurut Al-Qardhawi, bahwa di dalam islam cakupan ilmu tidak hanya terbatas pada
ilmuperspektif barat modern yang eksperimental, tetapi meliputi:
Aspek metafisika yang dibawa oleh wahyu yang mengungkapkan sesuatu yang
disebut realitas agung (haqaiq kubra)
Aspek humaniora dan studi-studi yang berkaitan dengannya yang meliputi
pembahasan mengenai kehidupan manusia, hubungannya dengan dimensi ruang dan
waktu, psikologi, sosiologi, ekonomi, politik, dst.

Aspek material yang bertebaran di jagat raya atau ilmu yang berdasarkan penelitian
dan eksperimen (uji laboratorium).
Dalam menarik kesimpulan yang bersifat ilmiah, eksperimen membutuhkan kaidahkaidah rasional (pengetahuan primer dan rasio). Namun pada zaman sekarang, sebagian
sarjana muslim telah salah menilaibahwa ekserimen adalah satu-satunya alat untuk
memperoleh pengetahuan, dan studi eksperimental ayat alam sudah cukup mengenal Tuhan.
 Dalam perspektif islam, untuk memperoleh pengetahuan dapat melalui alat
indrawi,akal, dan melalui wahyu. Dan menurut Zubeir, pengetahuan bersumber pada 4 hal
yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, yaitu pengetahuan indrawi,
naluri, rasio, intuitif/imajinatif, dan pengetahuan transenden/wahyu. Dan rasional adalah hasil
pengolahan pikiran yang diperoleh dari pengalaman empiris. Kemampuan rasional adalah
sifat yang inheren dengan struktur objekif otak.
Rasionalitas tidak akan mampu menyentuh hakikat kebenaran, karena rasionalitas
cenderung tidak menghiraukan landasan kebenaran agama dan pengalaman spiritual. Perlu
diketahui bahwa akal tidak mengenal nilai dan kemutlakan dosa. Dalam islam, Allah
memberikan ajaran dan tuntunan yang harus dipegang teguh, dan memahami hal itu tentu
dengan ilmu. Ilmu dalam perspektif islam dicirikan dengan 4 karakteristik:
Objektif (tidak diarahkan kepada kemauan hawa nafsu, subjektivitas, bias, fanatisme,
dst)
Kerendahan hati (tidak arogansi intelektual)
Kemanfaatan (ilmu yang berguna baik dari aspek empiris maupun non empiris dalam
aspek aqidah akhlaq)
Keajekan (ilmu harus dicari terus-menerus dimana dan kapanpun)
Dan perlu diketahui bahwa bangsa arab bisa menaklukkan negeri-negeri di Asia barat dan
timur tengah. Hamper semua sejarawan sepakat bahwa umat islam memiliki peran penting
dalam memberikan kontribusinya terhadap dunia barat/eropa pada abad pertengahan, baik
dalam bidang sosial budaya atau ilmu pengetahuan. Jika orang yunani adalah bapak filsafat,
maka orang muslim adalah bapak angkatnya (H.G Wells).

Dan saat ini, kita dapat menangkal pandangan bahwa umat islam sekarang jauh tertinggal
oleh duniabarat dibidang saintek. Banyak ahli membuktikan bahwa kemunduran islam
dikarenakan dua factor, eksternal dan internal.
Factor eksternal karena kekalahan umat islam dengan perang salib, dan adanya
serangan yang sangat dahsyat dari tentara Mongol. Adapun factor internalnya yaitu
semakin mundurnya tali persaudaraan umat islam dan munculnya fanatisme golongan.
Islamisasi ilmu pengetahuan sangat diperlukan pada saat ini, kemudian Al-Faruqi
merumuskan langkah-langkah dalam mengislamisasikan ilmu pengetahuan, yaitu:
Penguasaan disiplin ilmu modern
Survei disiplin ilmu
Penguasaan khazanah islam
Penguasaan khazanah ilmiah islam tahap analisa
Penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu
Analisa kritis terhadap disiplin ilmu modern
Analisis kritis terhadap khazanah islam
Survei permasalahan yang dihadapi umat islam
Survei masalah-masalah kemanusiaan secara umum
Analisis dan sintetis kreatif
Menyusun kembali disiplin ilmu modern kedalam kerangka islam
Menyebarkan ilmu-ilmu yang telah diislamisasi.
Pada era modern dan globalisasi ini, kita perlu mengembangkan ilmu agama islam
pada wilayah praksis, agar ilmu-ilmu agama islam mampu memberikan kontribusi berharga
bagi kepentingan kemanusiaan seperti ilmuwan-ilmuwan terdahulu.
Sekian ringkasan singkat dari saya, semogabermanfaat. jika ada kesalahan dan
kekurangan mohon dimaafkan, dan jika ada kelebihan itu hanya dari Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun