Mohon tunggu...
Anita Godjali
Anita Godjali Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru dan ibu rumah tangga

Potensiku ada pada diriku

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jangan Kotori Sumber Air Minummu

23 Mei 2014   23:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam acara liburan beberapa waktu yang lalu kami mengadakan perjalanan ke Ujung Selatan wilayah Yogyakarta. Kendaraan kami menyusuri perbukitan denngan pemandangan yang menarik sebelum akhirnya sampai di dataran tinggi. Wilayah ini cukup luas dan dahulu dikenal sebagai wilayah yang gersang bila dibandingkan dengan wilayah Yogyakarta bagian lainnya. Kegersangan ini tak lain karena tanah di sana termasuk berbatu kapur. Namun saat ini kita tak akan lagi menemui daerah yang tandus dan gersang karena berbagai tanaman ternyata mampu tumbuh dengan subur.

Perjalanan kami sebelum sampai ke pantai yang indah dan menarik akan melalui beberapa sumber air yang kita kenal dengan istilah telaga.Telaga merupakan genangan air yang bisaanya berada di atas gunung atau pegunungan. Air ini memang biasanya berasal dari air hujan dan kemungkinan mata air yang ada di daerah tersebut. Telaga ini bisa berupa telaga alam namun bisa juga berupa telaga buatan. Telaga buatan tercipta dengan cara mengeruk tanah di wilayah tertentu agar mampu menampung air di kala musim penghujan.

Air telaga di daerahini bisaanya akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat di sekitanya. Telaga buatan ini banyak dibuat karena mengingatkan pada masa lalu daerah ini terkenal sebagai daerah kering dan agak sulit menemukan sumber air. Air telaga tentunya dipergunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti mandi dan mencuci, mengairi tanaman, hingga memenuhi kebutuhan minum ternak. Pada musim kemarau para petani akan menggiring ternak-ternak mereka menuju telaga sekaligusuntuk memandikannya. Dalam kegiatan ini para ternak yang mereka giring ke telaga ini ternyata memiliki etika.Ternak-ternak ini ternyata tidak akan membuang hajat atau kotorannya sendiri di dalam air telaga ketika sedang minum atau dimandikan. Para ternak ini akan melakukan tugasnya membuang hajat justru sebelum atau setelah masuk ke telaga. Ternyata binatang ternak ini memiliki etika yang luar biasa. Mereka yang tidak bisa berpikir dan hanya menggunakan instingnya ini tahu bahwa air yang akan mereka minum tidak boleh kotor

Secara filosofi apa yang dilakukan oleh para binatang tadi juga bisa menjadi pembelajaran bagi hidup kita. Tentu tidak secara wadak kita melakukan hal yang sama seperti binatang. Akan tetapi peristiwa itu cukup menggelitik hati dan seharusnya mendewasakan kita. Apabila seekor binatang dengan insting yang dimilikinya mampu melakukan hal yang baik tentu kita sebagai manusia yang mempunyai nalar harus bisa lebih baik lagi berpikir dan memutuskan.

Cerita di atas, cukup menjadikan pembelajaran dan cermin dalam kehidupan kita. Falsafah yang mengatakan ”Jangan pernah mengotori sumber air yang pernah menghidupimu!”. Tentu kisah binatang ternak yang mampu menjaga air tetap bersih tidak mencemarinya dengan kotoran diri menjadi analogi dan pembelajaran yang sangat berharga. Tak jarang karena rasa kecewa seseorang yang harus meninggalkan tempat kerjanya dan berpindah ke tempat kerja lain akan mengobral cerita negatif tentang tempat kerjanya yang lama. Mereka lupa sejelek dan seburuk apa pun tempat tersebut pernah menjadi sumber penghidupannya. Bisa juga kita pernah melakukan hal yang sama.

Namun, menceritakan berbagai kebusukan yang terjadi di tempat kerja kita yang lama, ketika kita masuk ke instansi yang baru bukan hal yang positif dan etis. Stop! Tindakan yang mungkin pernah kita lakukan karena kecewa dengan Bos, hingga kita akhirnya dikeluarkan atau harus keluar dari suatu instansi janganlah dipergunjingkan di tempat kerja baru. Bagaimanapun instansi tersebut seburuk dan sejelek apa pun pernah menjadi sumber penghidupan kita. Apapun yang terjadi di tempat tersebut layak untuk tetap dijaga. Hal-hal positif yang kita temukan di tempat tersebut layak kita pakai sebagai sumber pembelajaran. Hal yang negatif atau buruk dapat kita pakai sebagai bahan instropeksi agar kita tidak terjerumus ke hal negatif untuk selanjutnya ketika berada di tempat yang baru. Satu hal lagi, jika kita selalu bergunjing tentang keburukan dan kekurangan tempat kerja, baik tempat lama (apalagi) tempat yangsaat ini kita masih bergabung tentu tidak etis. Perbuatan kita sama halnya mencemari dan mengotori sumber air yang kita gunakan untuk menum. Salam-230514

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun