[caption id="attachment_332947" align="aligncenter" width="597" caption="Buku Ahok untuk Indonesia (Kompasiana/Nurullah) "][/caption]
Judul: Ahok untuk Indonesia
Editor: Nurulloh
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Kompas Gramedia
Tebal: 244 halaman +xv
Tahun Terbit: 2014
Hari ini Rabu, 23 April 2014 ultah pertama saya sebagai Kompasianer. Tepat setahun saya bergabung atau dikatakan bersentuhan langsung dengan blog Kompasiana. Memang saya bukanlah seorang penulis yang produktif, maklum melalui blog ini sebenarnya saya baru belajar menulis. Berbagai artikel selalu muncul hampir setiap detik di Kompasiana ini. Tentu juga bervariasi baik isi, cara penyajian, maupun gaya bahasa dan pilihan kata yang dipergunakan para blogger di sini. Semua itu telah memperkaya wawasan saya untuk ikut berperan serta menghasilkan tulisan walau belum sempurna. Alhasil, dalam perjalanan satu tahun ini saya boleh sedikit berbangga, karena nama saya boleh ikut bersanding dengan para blogger kawakan. Setidaknya, dalam dua buku kumpulan artikel Kompasiana besutan Kang Pepih Nugraha, nama saya tercantum di dalamnya.
Menjelang Hari Buku Sedunia yang jatuh pada tanggal 23 April, PT Elex Media Komputindo bekerja sama dengan Kompas Gramedia kembali merilis Buku. Para Kompasianer panggilan akrab para blogger Kompasiana ini kembali melahirkan buku yang bertajuk, AHOK UNTUK INDONESIA. Duasejoli Kang Pepih Nugraha dengan saudara Nurulloh telah membidani lahirnya buku tersebut. Buku ini tak lain merupakan buku seri atau kelanjutan buku yang sudah terbit akhir tahun 2013, yaitu: JOKOWI (BUKAN)UNTUK PRESIDEN. Memang kedua nama ini semenjak akhir tahun 2012 menjadi sangat fenomenal bagi warga Indonesia tak terkecuali warga kota Jakarta.
Buku Ahok untuk Indonesia ini memiliki tebal 244 halaman, yang terbagi menjadi lima bab. Buku ini merupakan rangkuman dari 35 blogger yang terdiri atas 40 artikel. Konon tulisan-tulisan tersebut merupakan hasil dari sekitar 100 artikel yang masuk ke pengelola Kompasiana. Oleh karena itu tentu tulisan dalam buku ini akan menggunakan gaya masing-masing penulis baik dari segi diksi atau pilihan kata maupun cara pemaparannya. Namun demikian tulisan ini tetap menunjukkan koherensi sebagai suatu buku yang merujuk pada Ahok sapaan akrab Wagub DKI, Bapak Basuki Tjahaya Purnama.
BAB I –SIAPA AHOK, bagian buku ini terdiri dari sembilan artikel yang disajikan oleh tujuh orang penulis. Pada bab ini tujuh blogger ini berusaha menyajikan latar belakang kehidupan pribadi Ahok. Orang nomor dua di DKI ini telah menyedot perhatian publik karena latar belakang pribadinya. Beliau menjadi manusia yang istimewa karena latar belakang etnis dan kepercayaanya tetapi mampu menduduki jabatan penting di pemerintahan Indonesia. Orang katurunan Tionghoa dan beragama Nasrani yang bernama lengkap Basuki Tjahaya Purnama ini, adalah saat ini satu-satunya yang memiliki kedudukan tinggi setingkat wakil gubernur. Tentu bukan sekadar jabatannya yang menjadikannya menarik untuk dituliskan, tetapi Ahok yang memahami benar hakikat seorang pemimpin yang mau melayani bukan untuk dilayani.
BAB II –KARAKTER, bab ini memuat 10 artikel yang disajikan oleh sembilan penulis. Bagian ini mengupas tentang karakter Ahok dari berbagai sisi. Memang tidak semua memberikan penilaian yang positif, tetapi semua warga berusaha memberikan penilaian yang objektif. Gaya Ahok yang ceplas-ceplos memang khas, karena berani tampilmarah di tengah sikap apatis masyarakat. Karakter Ahok yang keras ini telah mengundang seorang penulis memberika judul yang cukup provokatif, yaitu; Justru Ahok yang “bajingan”. Namun sikap keras dan gigih dalam membela kebenaran ini, menjadikan dirinya cahaya bagi rakyat kecil. Keberaniannya menumpas preman yang mulai menguasai birokrasi menjadikan Ahok harapan bangsa yang kian terpuruk.
BAB III-AKSI DAN REAKSI, aksi pemimpin yang satu ini terekam dalam bab tiga yang terdiri dari 10 artikel yang dipaparkan oleh 10 penulis. Penulis pun tidak semuanya sebagai warga kota Jakarta. Hal ini tentu karena rekam jejak kinerja Ahok yang selalu positif. Ahok dipandang mampu membedakan antra pandangan pribadi dan pandangan sebagai pejabat pemerintah. Ahok mampu membuat gebrakan baru, dengan serius menertibkan PKL Tanah Abang yang tidak pernah dilakukan oleh pejabat sebelumnya. Keseriusan Ahok ini justru mendapat banyak perlawanan. Tentu hal ini berhubungan dengan sikapnya yang tidak mau kompromi dengan segala bentuk kesalahan atau pelanggaran yang secara umum merugikan masyarakat. Langkah nyata yang dilakukan oleh Wagub DKI ini yang telah menghasilkan berbagai bentuk apresiasi.
BAB IV-TANTANGAN, enam artikel dari enam penulis berkutnya telah mengisi bab ini. Para penulis mencoba memaparkan berbagai tantangan yang saat ini dihadapi oleh Wagub DKI. Menangani berbagai persoalan di Ibu Kota ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh karena itu suara-suara sumbang dari sebagian rival politiknya pun mulai bermunculan. Banyak tantangan yang dutujukan kepadanya. Apalagi sebagian orang mengatakan bahwa kota ini tidak bisa dipimpin dengan cara “setengah preman” seperti gaya kepemimpinan Ahok. Berbagai masukan dan kritikan positif tertuju padanya, dengan harapan Ahok mampu mempertahankan personal brand dengan menambahkan elemen asosiasi positif. Bagaimana pun kesempatan emas yang saat ini sudah ditangan Ahok, harus tetap dipertahankan dan diasah terus agar semakin berkilau.
BAB V-GUBERNUR SEBAGAI BATU LONCATAN, pada bab ini kembali menyajikan enam artikel dari enam penulis. Setelah mencermati kinerja Ahok beberapa bulan terakhir, tak tanggung-tanggung harapan masyarakat terhadapnya. Pencapresan Jokowi Sang Bos di DKI saat ini dengan sendirinya akan menggelindingkan dirinya untuk siap duduk di kursi DKI 1 alias Gubernur. Bahkan ada sebagian warga yang sudah membuat perhitungan layak atau tidaknya Ahok untuk menduduki jabatan wapres bahkan presiden pada Pemilu 2014. Sayangnya sampai hari ini belum ada satu pun partai yang meminang Ahok untuk mengisi jabatan tersebut.
Ternyata pandangan masyarakat bahwa menjadi orang kedua yang selama ini hanya dianggap “ban serep” tidak berlaku pada diri Ahok. Menurut pendapat Kang Pepih Nugraha, orang nomor dua di DKI ini justru menjadi “bumper”. Ibarat mobil ia yang siap di depan kalau harus menabrak agar “body” tidak hancur. Buku ini tidak hanya berisi pujian yang dapat memabukkan tetapi juga berusaha mengkritisi dan mengemukakan sumbang saran. Harapannya, Wagub DKI ini pun menyadari bahwa dirinya memang menjadi harapan bagi rakyat kecil atau rakyat kebanyakan untuk menggapai asa yang lebih baik. Tentunya buku ini layak dibaca oleh kaum muda untuk menginspirasi hidup mereka dan siapa saja yang cinta akan kejujuran. Salam Kompasianer-AST 23042014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H